Sekjen PBB António Guterres menyatakan emisi karbon masih terus meningkat. Ia bahkan memproyeksikan peningkatan mencapai 14 persen sampai dengan 2030 mendatang.
"Kita perlu pengurangan 45 persen emisi global dekade ini. Namun emisi global masih diprediksi meningkat sebesar 14 persen sampai dengan 2030. Ini menentang nalar dan mengabaikan dampaknya terhadap manusia, ekonomi dan planet kita," kata Guterres, dalam pidatonya di World Economic Forum, dilansir Selasa (18/1).
Guterres menyatakan peningkatan salah satunya ditunjang jumlah pembangkit listrik tenaga batu bara yang belakangan justru melonjak menuju rekor baru. Peningkatan itu membuat upaya negara maju mengurangi emisi secara drastis dan negara berkembang mampu mencapai target NDC (kontribusi yang ditentukan secara nasional) menjadi sia-sia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, upaya itu tidak cukup untuk menurunkan suhu global.
"Jika semua negara maju menepati janji mereka untuk mengurangi emisi secara drastis pada 2030 dan semua negara berkembang mencapai komitmen NDC emisi global masih akan terlalu tinggi untuk mencapai sasaran 1,5 derajat," kata Guterres.
Menurutnya, masih banyak negara menghadapi hambatan struktural yang sangat besar dalam melakukan transisi energi. Mereka memiliki bauran energi yang besar dan sangat bergantung pada batu bara.
"Itu menghalangi kemajuan kita semua dan mereka membutuhkan bantuan," kata Guterres.
Karena itulah, ia menekankan pentingnya kolaborasi untuk mengurangi emisi karbon di tingkat global, terutama dalam membantu negara berkembang untuk bertransisi ke energi terbarukan.
"Untuk membantu negara-negara berkembang utama mempercepat transisi, saya menyerukan pembentukan koalisi negara, lembaga keuangan publik dan swasta, dana investasi, dan perusahaan dengan pengetahuan teknologi untuk menyediakan dukungan keuangan dan teknis yang ditargetkan untuk setiap negara yang membutuhkan bantuan," kata Guterres.
Lihat Juga : |