Perencana Keuangan Aidil Akbar menyebut banyak dari orang Indonesia yang gampang FOMO alias fear of missing out atau takut ketinggalan. Padahal, bisa jadi mereka juga tidak paham apa NFT yang dibeli.
Berbeda pandangan, Aidil menilai underlying NFT jelas dan nilainya diukur dari kepemilikan lukisan, lagu, atau seni lainnya yang dijual tersebut. Ia menilai keunikan masing-masing NFT tersebut lah yang menjadikannya bernilai.
Namun, Aidil menyebut tak sembarang orang bisa membuat NFT dan laku di pasaran. Ia mengingatkan bahwa NFT yang punya kegunaan saja yang bernilai dan pantas dibeli.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya, NFT yang dikeluarkan oleh perusahaan gim, musisi terkenal, merek dagang fashion ternama, dan lainnya. Pasalnya, NFT tersebut bisa menjadi akses untuk manfaat tertentu, seperti masuk dalam klub eksklusif tertentu.
Di sisi lain, NFT yang berkembang pesat dan viral malah yang nilainya tak jelas dan dibuat oleh akun tak kredibel pula. Menurut dia, apa yang dilakukan oleh Ghozali merupakan keberuntungan semata dan tak bisa dijadikan tolak ukur perdagangan NFT.
"Indonesia ini telat, orang malas baca dan ikut-ikutan mau kaya mendadak tapi beli emas atau sampah engga tahu. Apa yang dilakukan Ghozali itu pure luck, kebetulan mujur," ujarnya.
Lihat Juga : |