Investor Evergrande Geram, Mulai Ancam Tempuh Jalur Hukum
Investor asing pemegang obligasi China Evergrande Group mengancam akan mengambil langkah hukum atas proses restrukturisasi utang perusahaan yang belum jelas ujungnya. Investor-investor tersebut diwakili oleh firma hukum Kirkland & Ellis dan bank investasi Moelis & Co.
"Kurangnya keterlibatan perusahaan dan pengambilan keputusan yang tidak jelas hingga saat ini bertentangan dengan standar internasional yang mapan dalam proses restrukturisasi sebesar ini," tulis perwakilan investor tersebut dikutip dari CNN Business, Jumat (21/1).
Mereka mengaku Evergrande telah menodai pandangan investor asing terhadap citra perusahaan China. Mereka siap menempuh segala cara demi membela dan melindungi haknya di atas hukum.
Investor mengklaim tidak mengetahui apa-apa tentang rencana perusahaan. Para kreditur juga mengklaim telah mencoba untuk berbicara dengan Evergrande, namun belum menerima kabar yang jelas.
Dikutip dari Reuters, Evergrande berniat untuk mendatangkan lebih banyak penasihat keuangan dan hukum untuk menindaklanjuti tuntutan dari para kreditur.
Sebagai informasi, pengembang real estate tersebut masih dibayangi utang lebih dari US$300 miliar atau setara Rp4.299 triliun (kurs Rp14.332 per dolar AS). Tidak terkecuali, obligasi luar negeri yang dipegang oleh manajer aset internasional dan bank swasta sebesar US$19 miliar.
Evergrande telah melakukan berbagai hal untuk mengembalikan dana dan kepercayaan investor. Pendiri Evergrande Xu Jiayin bahkan harus menjual aset pribadinya untuk menopang kinerja perusahaan.
Namun, waktu semakin habis, ketika Fitch Ratings menyatakan bahwa Evergrande telah gagal membayar utangnya dan menurunkan peringkat sebagai perusahaan yang tidak mampu untuk membayar bunga jatuh tempo. Saham Evergrande juga minus 3 persen pada perdagangan Jumat (21/1).
Analis telah lama khawatir bahwa runtuhnya Evergrande dapat memicu risiko yang lebih luas untuk pasar properti China, seperti merugikan pemilik rumah dan sistem keuangan yang lebih luas. Pasalnya, industri real estate dan industri terkait menyumbang 30 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) China.