LSM Lingkungan Catat 4 Bank Besar RI Masih Biayai Batu Bara

CNN Indonesia
Jumat, 21 Jan 2022 11:58 WIB
LSM lingkungan mencatat ada empat bank di RI masih mendanai proyek batu bara meski.
Yayasan Indonesia Cerah menyebut 4 bank di RI masih danai proyek batu bara meski sudah berkomitmen dengan Perjanjian Paris soal target nol emisi. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Empat bank besar, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) atau BNI, Bank PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, dan PT Bank Central Asia Tbk atau BCA tercatat masih menyalurkan pembiayaan untuk proyek batu bara.

Perusahaan yang bergerak di sektor batu bara itu terdaftar dalam Global Coal Exit List 2020, database berisi nama perusahaan di dunia yang masih beroperasi terkait dengan energi fosil tersebut. Padahal, mereka sudah menyatakan komitmen terhadap Perjanjian Paris untuk mencapai net zero emission.

Informasi itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah Adhityani Putri. Ia merinci untuk Bank Mandiri pendanaan yang diberikan mencapai Rp36 triliun, BNI Rp27 triliun, BRI Rp26 triliun, BCA Rp12 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proyek yang didanai Bank Mandiri, BNI dan BRI itu salah satunya adalah PLTU Jawa 9 dan 10. Menurutnya, berdasarkan pemodelan dampak kesehatan, ada dugaan 4.700 kematian dini karena berlangsungnya proyek tersebut.

Selain itu, ketiga bank tersebut juga terlibat dalam kredit sindikasi sebesar US$400 juta untuk Adaro, perusahaan pertambangan batu bara kedua terbesar di Indonesia yang memiliki cadangan batu bara sebesar 1,1 miliar ton dan berencana menggali seluruh cadangan batu bara tersebut untuk 20 tahun ke depan.

"Empat bank ini yang kita harapkan segera walk the talk ya, yang mengaku bahwa kita ingin mendukung pelaksanaan perjanjian Paris, ya berarti harus memiliki komitmen untuk keluar dari bisnis batu bara," kata Adhityani pada Diskusi Media bertema Risiko Pembiayaan Batu Bara Pada Industri. Perbankan Nasional" Kamis (20/1).

Indonesian Team Leader dari 350.org, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) internasional yang menaruh perhatian pada isu lingkungan, Sisilia Nurmala Dewi menyayangkan kebijakan empat bank itu. Apalagi, hal itu dilakukan di tengah porsi pendanaan untuk energi terbarukan dari bank tersebut yang kurang 2 persen dari dana corporate dan commercial banking mereka. 

[Gambas:Video CNN]

"Kalau kita lihat persentase biaya energi terbarukan dari masing-masing bank, terutama bank BUMN, yakni BNI, Mandiri dan BRI, kita coba garis bawahi. Itu persentasenya bahkan kurang dari 1 persen untuk Mandiri (0,7 persen), untuk BNI 1 persen saja kalau dibandingkan dengan total keseluruhan corporate and commercial banking, " katanya.

Sisilia mengatakan sekarang ini bank banyak beralasan tidak menyalurkan lebih banyak dana kepada inisiatif energi terbarukan karena ada pandangan energi terbarukan merupakan investasi berisiko tinggi dibandingkan batu bara.

"Ini sebetulnya saya dengar dari praktisi energi terbarukan ya, mereka mengakui sulit mendapat pinjaman. Alasan utamanya karena keuntungannya lama. Jadi seringkali masih labelnya dari bank itu dipandang sebagai high risk. Itu salah satu yang sangat disayangkan," kata Sisilia.

Andri Prasetiyo, Peneliti dari Trend Asia menyatakan bahwa berbeda dengan bank-bank di Indonesia, sekarang terdapat tren lembaga-lembaga finansial global sedang keluar dari bisnis batu bara.

"Trennya juga berkembang di wilayah Asia Tenggara, bukan hanya negara-negara maju yang keluar dari bisnis batu bara tapi juga negara berkembang, khususnya seperti Maybank dan CIMB yang juga memutuskan untuk berhenti mendanai batu bara," kata Andri.

Katanya, studi dari IEEFA akhir 2021 menyebut bahwa lebih dari 100 lembaga finansial memutuskan untuk keluar dari pendanaan sektor energi batu bara.

Paling baru adalah Bank of China yang tidak lama setelah mendapatkan banyak tekanan dari masyarakat yang menyebutnya sebagai Bank of Coal memutuskan untuk keluar dari bisnis ini.

"Bank-bank nasional justru melihat ini sebagai peluang dan ceruk pasar baru yang dapat diisi, bukan sebagai tren yang seharusnya diikuti," ujar Andri.

Sementara, Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan sektor pertambangan termasuk batu bara tak menjadi prioritas perusahaan dalam menyalurkan kredit. Tercatat, penyaluran kredit untuk sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,6 persen dari total kredit per September 2021.

Saat ini, Aestika mengatakan BRI fokus menyalurkan kredit untuk sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan, aktivitas jasa keuangan, properti, kesehatan, serta kesenian.

"Hingga akhir September 2021, tercatat BRI telah menyalurkan pembiayaan kepada aktivitas bisnis yang berkelanjutan (sustainable business activities) senilai Rp 607,7 triliun atau setara 65,3 persen dari total kredit BRI," ungkap Aestika.

Ia memastikan BRI selalu menyeleksi calon debitur secara ketat dalam mengelola risiko yang berkaitan dengan lingkungan dan sosial.

Beberapa hal yang diseleksi, seperti memastikan semua kepatuhan terhadap regulasi sudah terpenuhi, dokumen yang berkaitan dengan lingkungan dan industri telah tersedia, terdapat hasil analisa dampak sosial, dan monitoring rutin melalui pelaporan berbasis standar nasional dan global.

Senada, Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F Haryn mengatakan pihaknya mengedepankan faktor environmental social governance (ESG) dalam menyalurkan kredit.

ESG adalah sebuah standar perusahaan dalam praktik investasi yang terdiri dari lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan.

"BCA senantiasa mengedepankan nilai-nilai ESG ditandai dengan komitmen penyaluran kredit kepada sektor-sektor berkelanjutan yang naik 25,6 persen menjadi Rp143,1 triliun per September 2021. Nilai ini berkontribusi 23,6 persen bagi total portofolio kredit," papar Hera.

Kredit itu disalurkan untuk sektor UKM, pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lahan yang berkelanjutan, serta energi baru terbarukan (EBT).

Di sisi lain, BCA mengaku tetap mendukung kebijakan pemerintah terkait industri batu bara, khususnya dalam upaya penyediaan listrik nasional. Batu bara, kata Hera, masih menjadi salah satu pilihan bauran energi untuk produksi listrik dalam menggerakkan aktivitas di dalam negeri.

"Untuk itu, BCA akan selalu memperhatikan prinsip-prinsip pembiayaan berkelanjutan untuk sektor ini bersama-sama dengan debitur terkait. BCA akan mencermati dinamikanya dan tetap mendukung penerapan ESG serta SDG sebagai tujuannya.

Redaksi juga telah menghubungi Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi AS Aturridha dan Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom. Namun, keduanya belum merespons hingga berita ini diturunkan. 

[Gambas:Video CNN]

(tdh/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER