Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengakui ada panik beli atau panic buying minyak goreng, sehingga mengakibatkan stok di banyak gerai ritel modern habis. Namun, mereka memastikan bahwa stok yang tersedia masih cukup untuk enam bulan ke depan.
"Ya karena kan terjadi rush pembelian minyak goreng yang luar biasa, karena masyarakat sudah rindu terhadap minyak goreng murah. Kalau pembeliannya normal itu tidak akan pernah kosong tapi kalau pembeliannya terjadi rush, maka kosong dan stok sudah dikirim oleh pemasok," kata Ketua Aprindo Roy Mandey kepada CNNIndonesia.com Jumat (21/1).
Roy menjelaskan bahwa minyak tersebut masih dalam proses pengiriman, dengan beberapa pemasok mengirim lewat laut, darat, dan sisanya masih dalam tahap produksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sekarang ada beberapa yang kosong itu bukan karena kosong habis tapi sudah diproses, sudah diproduksi oleh produsen dan sedang dalam perjalanan pengiriman," tutur Roy.
Ia mengatakan bahwa saat ini ada stok tersedia dari pemasok sebanyak 250 juta liter setiap bulan, atau setara dengan 1,5 miliar selama 6 bulan. Ritel hanya membutuhkan 10 persen dari jumlah tersebut setiap bulannya, sedangkan sisanya disisihkan untuk pasar tradisional serta operasi pasar lainnya.
"Jadi mesti diketahui ya, minyak ini kan bukan seperti air sungai yang langsung dimasukkan kemasan terus dijual. Minyak itu kan ada proses produksi, kemudian ada proses pengiriman. Jadi, kalau barang habis bukan minyaknya habis," imbuh Roy.
Ia melanjutkan bahwa Aprindo bergantung pada pemasok untuk menyediakan suplai minyak goreng di berbagai cabang ritel maupun pasar di Indonesia.
"Strategi kita cuma meminta pemasok, karena kan peritel kita tidak punya produksi. Tapi ini kan kita enggak pernah produksi peritel, jadi kita sangat bergantung pada para distributor, para produsen itu," tandasnya.