Harga Komoditas Diprediksi Mendaki karena Krisis Energi Global

CNN Indonesia
Rabu, 26 Jan 2022 10:59 WIB
BKDI memprediksi harga komoditas terus meningkat seiring dengan krisis energi yang terjadi di banyak negara di dunia.
BKDI memprediksi harga komoditas terus meningkat seiring dengan krisis energi yang terjadi di banyak negara di dunia. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) memprediksi harga komoditas, seperti batu bara dan gas alam cair, akan terus meningkat seiring dengan krisis energi yang terjadi di sejumlah negara.

"Komoditas energi pada tahun 2022 cenderung masih akan menguat. Komoditas energi sendiri pada 2021 lalu menunjukkan tren kenaikan harga, dengan harga rata-rata tertinggi minyak mentah di atas US$80 (setara Rp1,15 juta) per barel, tertinggi dalam tujuh tahun," ungkap Research and Development ICDX Girta Yoga lewat pernyataan resmi Selasa (25/1).

"Gas alam di atas $5 (setara Rp71 ribu) per mmbtu (Million British Thermal Unit), tertinggi dalam tujuh tahun, dan batu bara hampir $225 (setara Rp3,23 juta) per ton, tertinggi lebih dari 10 tahun," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perkembangan krisis energi pun dipengaruhi beberapa faktor, khususnya perkembangan kasus covid-19 yang memberikan efek pada sektor transportasi dan perjalanan.

"Dampak covid-19 terhadap perdagangan komoditi, yaitu terkait dengan para pekerja dari komoditas tersebut," kata Isa Dohari, Vice President of Research and Development ICDX.

Contohnya, ketika terjadi outbreak, diberlakukan pembatasan-pembatasan yang kemudian akan berdampak pada pengurangan pekerja, sehingga kegiatan produksi menurun ataupun gangguan distribusi. Hal tersebut yang kemudian akan mempengaruhi harga komoditas," sambung dia.

Namun demikian, masih ada perkiraan terjadi penurunan permintaan yang dapat menyebabkan koreksi harga komoditas di 2022. Pergerakan harga komoditas akan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

"Misalnya minyak bumi, faktornya sangat banyak. Untuk melihat tren minyak bumi, kita dapat melihat perkembangan kondisi energi di Eropa. Saat ini, wilayah Eropa sedang mengalami musim dingin, sehingga angka permintaan minyak bumi masih tinggi," terang dia.

[Gambas:Video CNN]



(tdh/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER