Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan The Fed bakal gencar melakukan pengetatan kebijakan moneter sepanjang tahun ini, usai menggelontorkan stimulus jor-joran 2 tahun terakhir.
Akibat kebijakan The Fed, ia memproyeksikan imbal hasil (yield) obligasi atau treasury AS bakal melonjak menjadi 2,5 persen. Ia memprediksi yield AS tahun ini naik pada kisaran 2,2 persen-2,5 persen.
"Kita melihat kenaikan yield obligasi AS, mungkin menuju 2 persen, 2,2 persen atau bahkan 2,5 persen pada tahun ini," katanya pada pembukaan Annual Investment Forum 2022, Kamis (27/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Melihat itu, Perry menyebut pihaknya harus mengantisipasi dengan menerapkan kebijakan moneter yang lebih fleksibel guna memastikan penawaran obligasi di Indonesia tetap menarik untuk dibeli.
Mengutip CNBC, Kamis (27/1), imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik 8 basis poin menjadi 1,86 persen pada perdagangan Rabu (26/1) waktu setempat. Sedangkan yield obligasi 30 tahun naik 5 basis poin ke level 2,18 persen.
Yield obligasi AS terus naik sejak tahun lalu di kisaran 1 persen usai ditekan rendah kala pandemi covid-19 baru merajalela.
Diproyeksikan The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada Maret mendatang, kenaikan pertama kali dalam 3 tahun terakhir.
Seperti diketahui, kebijakan menaikkan acuan suku bunga diambil guna menekan inflasi atau kenaikan harga barang yang saat ini sedang melonjak.
"Risiko inflasi masih menjadi perhatian anggota bank sentral. Ada risiko inflasi tinggi yang kita lihat akan panjang dan bahkan naik kian tinggi," kata Gubernur the Fed Jerome Powell.