Kenaikan Harga Mi Instan Cup Ancam Kantong Pelajar di Jepang
Harga mi instan cup di Jepang dikabarkan melesat dalam sepekan terakhir. Hal ini dapat mengancam kantong pelajar yang biasa mengonsumsi kudapan tersebut.
Dilansir Reuters, inflasi komoditas global ditambah pelemahan Yen membuat harga bahan pokok naik. Imbasnya, produsen bakal melakukan penyusutan porsi untuk menekan biaya produksi sekaligus mempertahankan harga jual untuk membendung protes dari konsumen yang sensitif soal harga.
Nissin Foods Holdings Co Ltd pada Kamis (3/2) lalu mengumumkan kenaikan harga mi instan cup menjadi 214 yen atau Rp26.684 per cup ukuran reguler dari harga sebelumnya 193 yen alias Rp24.066. Harga baru akan efektif berlaku mulai Juni 2022. Ini merupakan kenaikan pertama sejak tiga tahun terakhir.
Mi instan cup pertama kali hadir pada 1971 di Jepang. Terdiri dari mi kering, bumbu bubuk, dan bahan tambahan seperti sayuran atau daging kering menjadi salah satu primadona sampai saat ini. Juru bicara Nissin Kazuki Tsurumaru mengklaim mi instan keluaran pabrikannya merupakan jenama paling populer di negaranya.
Di satu sisi, peningkatan biaya untuk transportasi, gandum, dan bahan pembungkus, Nissin tidak punya pilihan jika ingin mempertahankan popularitas selama 50 tahun. Ia menegaskan Nissin tidak pernah mengecilkan ukuran kemasan.
"Mi instan cup adalah produk dengan volume tetap. Tidak baik bagi kami jika menguranginya dan pelanggan protes jika udangnya tidak banyak, minya berkurang atau rasanya hambar. Itu adalah sikap fundamental yang tidak akan kami ambil di Nissin," ujar Tsurumaru.
Selain mi instan, Nissin juga mengumumkan kenaikan harga 5-12 persen di produk lain dalam jajaran makanan instannya mulai dari ramen, udon hingga sup tahu. Nissin menargetkan kenaikan harga di 70 persen produk dari sekitar 270 produk perusahaan.
Nissin juga bukan pihak yang sendirian mengalami kenaikan harga. Harga beef bowl, margarin, gunting, dan banyak barang kebutuhan sehari-hari lainnya juga belakangan naik di Negeri Sakura.