Presiden Joko Widodo (Jokowi) khawatir pemulihan ekonomi akan terganggu akibat kenaikan harga pangan dan kebutuhan bahan pokok bagi masyarakat. Pasalnya, beberapa harga bahan pokok tengah menanjak.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan SriMulyani usai mendampingi Jokowi bertemu dengan delegasi Bank Dunia di Istana Merdeka, Rabu (16/1). Delegasi itu terdiri dari Managing Director of Operations Axel Van Trotsenburg, Vice President East Asia and Pasific Region Manuela V Ferro, serta Country Director Indonesia Satu Kahkonen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan itu adalah masalah ketahanan pangan. Jokowi menginginkan agar pemerintah antar negara memiliki kesepakatan global guna menanggulangi kenaikan harga pangan yang dapat memberatkan masyarakat.
"Bapak Presiden sangat ingin bahwa pemulihan ekonomi dunia itu tidak terdistorsi karena kenaikan harga, terutama harga pangan, yang tentu akan sangat membebani masyarakat. Oleh karena itu, perlu suatu kesepakatan global mengenai hal itu," kata Sri Mulyani dalam keterangan resmi, Rabu (16/1).
Nampaknya kekhawatiran kepala negara tersebut memang beralasan. Sebagai informasi, di Tanah Air saja, beberapa komoditas bahan pangan mengalami kenaikan harga.
Belum lama, harga minyak goreng melonjak hingga di atas Rp20 ribu per liter karena kenaikan harga minyak sawit global. Hal itu membuat pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng berkisar Rp11.500 hingga Rp14.500 per liter.
Kemudian, Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga telah memberikan sinyal kenaikan harga tahu dan tempe seiring melonjaknya harga kedelai di tingkat internasional. Fluktuasi harga kedelai membuat sejumlah perajin tahu dan tempe sepakat untuk menggelar aksi mogok produksi pada 21-23 Februari 2022.