Perajin tempe di Kota Surabaya seperti kehabisan kata-kata menggambarkan kondisi usahanya di tengah harga kedelai impor yang melambung.
Ghofur, salah satu perajin tempe di Tenggilis, Surabaya, Jawa Timur, mengaku biasa merogoh kocek Rp7.000 per kilogram (Kg) untuk kedelai. Kini, ia harus membayar Rp11 ribu per Kg.
Memang, ia menyebut kenaikan harga kedelai rutin terjadi tiap tahun. Tetapi, ia tidak menyangka lonjakannya sangat kentara pada tahun ini, yakni mencapai Rp4.000 per Kg.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Tahun ini, parah kenaikannya," ujarnya nelangsa, Jumat (18/2).
Ia mengaku kesulitan dengan kondisi harga kedelai saat ini. Bahkan, ia menganalogikan kondisinya antara untung yang tipis dengan kerja ekstra keras.
Di satu sisi, ia enggan menekan ukuran tempe yang diproduksinya, karena pelanggan bisa kecewa. Di sisi lain, mustahil menaikkan harga jual di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi.
"Dulu, harga produksi cuma Rp75 ribu per papan. Sekarang, Rp90 ribu. Sudah menipis untungnya, masih harus kerja bakti. Karena harga kedelai naik, modalnya lebih banyak sekarang," keluhnya.
Padahal, ia melanjutkan sejak pandemi, penjualan tempe tidak lagi laris manis. Sebelum pandemi, sehari ia mengklaim memproduksi 1 kuintal tempe. Kini, produksi hariannya hanya 75 Kg.
Ghofur bingung ingin bertanya dan mengadu kepada siapa mengenai lompatan harga kedelai. Namun, ia dan rekan-rekan seprofesinya kompak untuk mogok produksi selama tiga hari pada 21-23 Februari 2022 nanti.
Ajakan mogok terlampir dalam sebuah surat edaran bernomor 01/PPT/Jatim/II/2022 yang diterbitkan oleh Paguyuban Pengrajin Tempe dan Tahu Wilayah Surabaya dan Sekitarnya.
Surat tersebut diterbitkan pada 15 Februari 2022 dan telah ditandatangani oleh Tarjuki selaku Ketua Paguyuban Pengrajin Tempe dan Tahu Wilayah Surabaya dan Sekitarnya. Lalu, Risda Mirwansyah selaku sekretaris serta Mutakim sebagai bendahara.
Melalui surat itu, disampaikan bahwa mogok produksi dilakukan secara total. Hal ini dilakukan menyikapi harga kedelai yang semakin melejit tak terkendali.
"Kami beritahukan gejolak naiknya harga kedelai dari Rp 9.300/kg menjadi Rp 11.500/kg. Hal ini sangat memberatkan kami selaku perajin tempe dan tahu," tulis isi dalam surat tersebut.
Melalui surat tersebut, paguyuban itu berharap agar pemerintah segera mengambil langkah guna menemukan solusi terkait kenaikan harga kedelai.
"Kami berharap ada perhatian dari pihak pemerintah daerah maupun pemerintah pusat serta pihak terkait agar secepatnya menurunkan harga kedelai, guna keberlangsungan usaha kecil kami dan meringankan beban hidup kami di masa serba sulit akibat pandemi ini," lanjut isi surat tersebut.