Credit Suisse Bantah Suisseleaks Duit Raja Yordania dan Kartel Narkoba

CNN Indonesia
Senin, 21 Feb 2022 12:19 WIB
Credit Suisse membantah laporan Suisseleaks yang menudingnya melayani pelaku kejahatan keuangan dan pelanggar HAM, hingga kartel narkoba.
Credit Suisse membantah laporan Suisseleaks yang menudingnya melayani pelaku kejahatan keuangan dan pelanggar HAM, hingga kartel narkoba. (AFP/Fabrice Coffrini).
Jakarta, CNN Indonesia --

Credit Suisse, penyedia layanan keuangan, membantah laporan Suisseleaks yang menudingnya melayani klien, termasuk penjahat, tersangka pelanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dan pihak-pihak yang menghadapi sanksi pidana.

"Credit Suisse dengan tegas menolak tuduhan dan sindiran tentang praktik bisnis yang diklaim bank," ujar Credit Suisse dalam pernyataan resmi.

Dilansir dari CNN Business (21/2), proyek Pelaporan Kejahatan dan Korupsi Terorganisir (OCCRP), sebuah platform pelaporan nirlaba, mengatakan dalam rilis bahwa seorang pelapor membocorkan informasi kepada surat kabar Jerman Süddeutsche Zeitung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

OCCRP mengatakan bahwa penyelidikannya melihat data dari lebih dari 18.000 akun senilai lebih dari US$100 miliar (setara Rp1.432 triliun; asumsi kurs Rp14.321), dibuka antara tahun 1940-an dan 2010-an.

Rilis OCCRP mengatakan laporan proyek menunjukkan bahwa klien bank di antaranya kepala mata-mata Yaman yang terlibat dalam penyiksaan dan seorang pejabat Venezuela yang dituduh korupsi.

"Hal-hal yang dilaporkan sebagian besar bersifat historis, dalam beberapa kasus sejak tahun 1940-an, dan berdasarkan informasi yang sebagian, tidak akurat, atau secara selektif diambil di luar konteks, sehingga menghasilkan interpretasi yang tendensius terhadap perilaku bisnis bank," lanjut Credit Suisse.

Credit Suisse mengaku 90 persen dari rekening yang disebutkan dalam laporan telah ditutup atau sedang dalam proses penutupan sebagai bukti bank telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk memerangi kejahatan keuangan dalam dekade terakhir.

Meskipun tidak dapat mengomentari hubungan klien potensial, bank mengkonfirmasi bahwa pihaknya mengambil tindakan sesuai dengan kebijakan dan persyaratan peraturan yang berlaku.

"Tuduhan media ini tampaknya merupakan upaya bersama untuk mendiskreditkan, tidak hanya bank, tetapi pasar keuangan Swiss secara keseluruhan, yang telah mengalami perubahan signifikan selama beberapa tahun terakhir," kata bank tersebut.

Sebagai informasi, Laporan Suisseleaks mengungkapkan skandal terkait simpanan setara triliunan rupiah Raja Yordania, Abdullah II, hingga kartel narkoba yang ada di perusahaan perbankan Credit Suisse.

Laporan Suisse Secrets menunjukkan 15 figur intelijen dari seluruh dunia, maupun anggota keluarga mereka, memiliki akun di Credit Suisse.

Sejumlah intelijen yang memiliki akun di bank tersebut termasuk kepala mata-mata dan kerabat mereka dari Yordania, Yaman, Irak, Mesir, dan Pakistan. Beberapa dari mereka juga dituduh melakukan kejahatan finansial, penyiksaan, ataupun keduanya.

Salah satu tokoh yang diungkap adalah Sa'ad Khair. Ia merupakan kepala dari Direktorat Intelijen Umum (GID) Yordania yang bertindak sebagai sekutu Amerika Serikat dalam Perang Melawan Teroris.

[Gambas:Video CNN]



(tdh/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER