Harga minyak dunia nyaris menembus US$100 per barel pada Selasa (22/2) waktu AS, usai Rusia memerintahkan pasukannya memasuki dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina Timur. Namun, kenaikan harga minyak masih tertahan upaya Barat menghentikan awal dari invasi skala penuh Rusia.
Minyak mentah berjangka Brent pengiriman April sempat mencapai US$99,5 per barel atau tertinggi sejak September 2014 silam. Lalu, turun lagi pada penutupan perdagangan di level US$96,84 per barel atau naik 1,5 persen.
Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Maret menyentuh level tertinggi tujuh tahun US$96 per barel dan turun ke US$92,35 per barel pada penutupan perdagangan, sehingga tumbuh 1,4 persen dari posisi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
AS dan Inggris mengumumkan sanksi yang menargetkan bank-bank Rusia. Sementara, Uni Eropa memasukkan lebih banyak politisi ke daftar hitam, sedangkan Jerman mengerem proyek pipa gas Nord Stream 2 senilai US$11 miliar.
"Pasar jelas memompa premi risiko yang berlebihan ketika Rusia memasuki bagian separatis Ukraina," kata Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch.
Khusus di AS, Presiden Joe Biden mengumumkan bakal menjatuhkan hukuman lebih berat kepada negara pimpinan Putin tersebut jika Rusia melanjutkan agresinya. Sanksi tidak termasuk pasokan energi.
Krisis Ukraina melambungkan harga minyak yang sudah tinggi akibat keterbatasan pasokan di tengah pemulihan permintaan dari pandemi covid-19.