Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Rio Dhani Laksana mengatakan pelaksanaan Presidensi G20 Indonesia 2022 di tengah pandemi covid-19 membuktikan persepsi yang baik atas ketahanan ekonomi RI terhadap krisis.
"Ini sebagai bukti persepsi positif atas resiliensi ekonomi Indonesia terhadap krisis di tengah pandemi covid-19," ungkapnya seperti dikutip dari Antara, Kamis (24/2).
Kepala Galeri Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed itu berpendapat Indonesia dapat mengolah agenda pembahasan pada G20 agar mendukung dan berdampak positif dalam pemulihan aktivitas perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlebih, presidensi ini hanya terjadi satu kali dalam 20 tahun, sehingga harus dimanfaatkan sebaik mungkin demi memberi nilai tambah bagi pemulihan Indonesia.
"Pemulihan yang dimaksud baik dari sisi aktivitas ekonomi maupun kepercayaan masyarakat domestik dan internasional," sambungnya.
Ia menambahkan keketuaan Indonesia selama satu tahun ke depan dalam sebuah forum internasional menjadi kesempatan menunjukkan kepemimpinan Indonesia di kancah internasional, khususnya dalam pemulihan ekonomi global.
"Dari perspektif regional, Presidensi G20 ini menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam bidang diplomasi internasional dan ekonomi di kawasan," kata dia.
Lihat Juga : |
Forum G20 yang beranggotakan 19 negara utama dan Uni Eropa ini juga membuat Indonesia menjadi salah satu fokus perhatian dunia, khususnya bagi para pelaku ekonomi dan keuangan.
"Salah satu isu utama dalam G20 adalah finance track, ini perlu dimanfaatkan untuk mendorong exit strategy untuk mendukung pemulihan yang adil," katanya.
Oleh karena itu, pembahasan tersebut dapat mendorong koordinasi antarnegara dengan baik untuk melakukan pemulihan ekonomi jangka pendek.
Lihat Juga : |
Selain itu, kata dia, dalam jalur keuangan juga akan dibahas mengenai scarring effect untuk mengamankan pertumbuhan masa depan, sistem pembayaran di era digital, keuangan berkelanjutan, inklusi keuangan, dan perpajakan internasional.
Pembahasan ini diharapkan dapat mendorong strategi untuk mengatasi efek pandemi dalam jangka menengah dan panjang.
"Efek krisis akibat pandemi ini misalnya menurunnya produktivitas dan investasi, serta banyaknya pengangguran di berbagai negara," tandasnya.
(mrh/nva)