Bio Farma Siapkan Fasilitas Produksi Vaksin Covid Berbasis mRNA
PT Bio Farma (Persero) mengatakan telah mempersiapkan fasilitas produksi vaksin covid-19 berbasis pengembangan teknologi messenger RNA (mRNA).
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan fasilitas tersebut dibuat untuk pembuatan mRNA skala pilot dan skala komersial terbatas, yakni di gedung 34. Selain itu, perusahaan juga menyiapkan sumber daya manusia (sdm) untuk pengembangan mRNA.
"Tentu kami menyambut baik ditunjuknya Bio Farma sebagai satu-satunya perusahaan vaksin di Indonesia yang akan menerima transfer teknologi mRNA," kat Honesti melalui keterangan tertulis, Kamis (24/2).
Sebelumnya, Bio Farma sendiri sudah mencari rekanan untuk pengembangan vaksin berbasis mRNA melalui penjajakan kerja sama dengan University of Manchester.
Sebagai langkah awal, sesuai dengan program transfer of technology, Bio Farma akan belajar mengenai pembuatan vaksin covid-19 dengan teknologi mRNA.
"Namun intinya adalah kami akan belajar menguasai platform teknologi mRNA ini, untuk jenis vaksin selain covid-19 dan untuk persiapan manakala terjadi pandemi, karena mRNA merupakan teknologi rapid response yakni teknologi cepat dalam pengembangan dan produksi vaksin (plug and play)," ujar Honesti.
Honesti menjelaskan teknologi mRNA ini juga bisa dibuat untuk pembuatan produk terapeutik, seperti obat kanker.
Untuk diketahui, induk holding BUMN farmasi Bio Farma dipastikan akan mampu membuat vaksin terbaru dengan platform teknologi mRNA. Hal itu didapatkan setelah Indonesia ditunjuk oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai negara yang akan membangun hub atau pusat produksi vaksin covid-19 berbasis mRNA di kawasan Asia Tenggara.
Pusat transfer teknologi mRNA global didirikan pada 2021 untuk mendukung produsen di negara-negara pengetahuan rendah dan menengah guna memproduksi vaksin mereka sendiri.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Indonesia akan melayani permintaan vaksin di regional dengan teknologi mRNA.
"Indonesia adalah salah satu negara yang terus menyuarakan pemerataan vaksin, termasuk dengan transfer teknologi terutama untuk negara-negara berkembang," tutur Retno.
Ia menambahkan bahwa kapasitas produksi Bio Farma mencapai 3,2 miliar per tahun. Perusahaan tersebut juga menyediakan 14 jenis vaksin yang sudah diekspor ke lebih dari 150 negara.
"Alih teknologi ini akan berkontribusi untuk memastikan akses setara terhadap obat-obatan agar kita dapat pulih bersama dan pulih menjadi lebih kuat, recover together recover stronger," tutup Retno.
(hyg/aud)