Kiki Barki, Naik Kelas Lagi Jadi Orang Kaya dari Batu Bara
Batu bara sepertinya hampir selalu sukses melahirkan orang kaya. Maklum, banyak negara yang masih bergantung dengan komoditas 'emas hitam' ini.
Indonesia kebetulan menjadi salah satu negara pengekspor batu bara terbesar di dunia. Tak ayal, pengusaha yang berkecimpung di industri tersebut selalu 'nongol' dalam daftar orang terkaya versi Forbes.
Kiki Barki salah satunya. Ia menyabet gelar orang paling tajir nomor 27 di Indonesia versi Forbes pada 2021.
Lihat Juga : |
Namanya sempat hilang dari daftar orang kaya sejak 2014. Terakhir kali Kiki muncul di daftar Forbes pada 2013 dengan kekayaan US$680 juta atau Rp9,72 triliun (asumsi kurs Rp14.300 per dolar AS).
Setelah hilang tujuh tahun, namanya baru kembali muncul pada 2021. Total kekayaan kakek berumur 82 tahun itu naik berkali-kalil lipat hingga tembus US$1,6 miliar atau Rp22,8 triliun.
Kiki dikenal sebagai pendiri PT Harum Energy Tbk. Perusahaan ini lahir pada 1995 silam di bidang pertambangan batu bara dan mineral, serta kegiatan logistik dan pengolahan.
Harum Energy beroperasi di Kalimantan Timur dan Maluku Utara. Awalnya, Kiki membangun perusahaan ini dengan nama PT Asia Antrasit.
Lihat Juga : |
Namun, nama perusahaan diubah menjadi Harum Energy pada 13 November 2007. Tak lama kemudian, tepatnya 2010, Harum Energy melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten HRUM.
Dalam aksi korporasi itu, Harum Energy berhasil meraup dana segar sekitar Rp1 triliun. Nilai kapitalisasi pasar perusahaan pada 2010 lalu sebesar Rp14,04 triliun.
Tak puas dengan batu bara, Kiki pun 'nyemplung' ke tambang nikel lewat Harum Energy. Perusahaan mencaplok saham tambang nikel Australia, Nickel Mines Limited pada 2020 lalu.
Harum Energy membeli 68,53 juta saham atau 3,22 persen dari seluruh modal yang ditempatkan dan disetor penuh. Perusahaan Kiki menggelontorkan 34,26 juta dolar Australia untuk mencaplok sebagian saham Nickel Mines Limited.
Mengutip RTI Infokom, porsi saham keluarga Kiki di Harum Energy mencapai 79,79 persen. Kepemilikan saham itu tercatat atas nama PT Karunia Bara Perkasa, perusahaan yang juga dibangun oleh Kiki.
Karunia Bara Perkasa disebut-sebut ikut memborong saham Nickel Mines. Namun, tak diketahui secara pasti berapa total yang saham diakuisisi perusahaan itu.
Belum juga 'kenyang', Kiki kembali menambah asetnya dengan membeli 51 persen saham perusahaan nikel yang berbasis di Singapura, yakni Aquila Nickel Pte Ltd.
Pembelian dilakukan lewat Harum Energy. Perusahaan mengucurkan dana US$80,32 juta untuk mengakuisisi tambang nikel tersebut.
Lihat Juga : |
Kini, putra sulung Kiki, Lawrence Barki yang menjalankan bisnis Harum Energy. Ia didapuk sebagai Presiden Komisaris. Lalu, si bungsu Steven Scott Barki menjabat sebagai Komisaris Harum Energy.
Kekayaan ayah empat ini tak hanya berasal dari Harum Energy dan Karunia Bara Perkasa, tapi juga tambang swasta PT Tanito Harum.
Sayang, kontrak perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) Tanito Harum habis pada 14 Januari 2019 lalu. Kementerian ESDM sebenarnya sempat memberi perpanjangan izin. Dengan demikian, Tanito Harum menjadi PKP2B pertama yang berubah status izin tambangnya sebagai izin usaha pertambangan khusus (IUPK).
Hanya saja, eks menteri ESDM Ignasius Jonan secara terang-terangan menyatakan pemerintah telah mencabut surat perpanjangan operasi Tanito Harum karena 'titah' Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Singkatnya, revisi PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara yang menjadi landasan hukum perpanjangan izin tambang Tanito Harum belum rampung pada 2019 lalu.
Pihak KPK mengirim surat ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar revisi PP Nomor 23 Tahun 2010 harus mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Alhasil, pemerintah membatalkan perpanjangan izin tambang untuk Tanito Harum. Berdasarkan pernyataan mantan direktur jenderal minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot pada 2019 lalu, tambang milik Tanito Harum otomatis tak bisa beroperasi lagi setelah tak punya izin. Namun, tak ada kejelasan mengenai nasib Tanito Harum saat ini.
Dalam perjalanannya sebagai pengusaha, Kiki sempat menjadi ketua kadin Indonesia Komite China (KIKC) saat MS Hidayat menjabat sebagai ketua umum Kadin Indonesia periode 2004-2014. Tak cuma di bisnis, pria kelahiran Hokcia China pada 1940 ini juga disebut pernah menjadi asisten khusus menteri pertahanan pada 2011.