TAIPAN

Boy Thohir, dari Eksportir Batu Bara hingga Tuan Tanah di Kalimantan

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Minggu, 20 Feb 2022 07:57 WIB
Garibaldi Thohir atau dikenal juga Boy Thohir, menjadi orang terkaya ke-17 di Indonesia. Salah satu sumber kekayaannya berasal dari perusahaan tambang Adaro.
Garibaldi Thohir atau dikenal juga Boy Thohir, menjadi orang terkaya ke-17 di Indonesia. Salah satu sumber kekayaannya berasal dari perusahaan tambang batu bara Adaro. (Basith Subastian/CNNIndonesia).
Jakarta, CNN Indonesia --

Siapa yang tak kenal Boy Thohir? Pengusaha yang masuk jajaran orang terkaya ke-17 di Indonesia versi Forbes. Dengan estimasi kekayaan mencapai US$2,6 miliar atau setara Rp37,18 triliun, ia tak perlu mendompleng nama sang adik, Erick Thohir, yang saat ini menjabat sebagai Menteri BUMN era Pemerintahan Presiden Jokowi bukan?

Mengutip Forbes, Selasa (15/2), pemilik nama asli Garibaldi Thohir itu sukses kaya raya dari kepemilikan sahamnya di Adaro Energy, salah satu eksportir batu bara top di dunia. Dia juga menjabat sebagai Direktur Utama di emiten bursa saham berkode ADRO tersebut.

Lantas, bagaimana sepak terjang Boy Thohir saat merintis karirnya?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Boy lahir di Bandar Lampung, 1 Mei 1965 silam. Ia merupakan anak dari Teddy Thohir, salah satu co-owner Astra International yang juga dikenal sebagai pengusaha di berbagai macam bisnis.

Boy sempat mengekor sang ayah dengan bergabung di Astra. Tetapi, karirnya tak panjang. Sang ayah sangat mendukung bila Boy ingin menjadi seorang pengusaha.

Ia pun menjajal peruntungannya dengan mendirikan perusahaan properti. Tak butuh usaha keras, ide bisnis yang diutarakan Boy mendapat restu dari sang ayah. Bahkan, saking senangnya, sang ayah mempertemukan Boy dengan petinggi-petinggi Astra Internasional saat itu, TP Rachmat dan Edwin Soeryadjaya.

Sang ayah juga menawarkan modal kepada Boy. Tugas Boy hanya menuangkan ide bisnisnya dan mempresentasikannya kepada petinggi-petinggi Astra Internasional soal peluang bisnis yang bisa digarap Astra Internasional di wilayah yang kini dikenal kawasan Kasablanka.

Gayung bersambut. Proposal Boy diterima. Ia diminta untuk membebaskan lahan seluas 20 hektare (ha). Di sinilah ujian pertama 'bisnis' Boy, saat itu ia cuma berhasil membebaskan lahan seluas 3 ha lantaran terkendala kondisi perekonomian.

"Waktu itu saya hanya calo tanah. Bukan developer (pengembang). Saya hanya bebasin lahan untuk Astra. Jadi, basic awal saya jadi pengusaha membebaskan tanah. Saya ini RCTI, rombongan calo tanah Indonesia. Tapi, itu pengalaman berharga," ujarnya, dilansir Detik dalam wawancaranya beberapa waktu lalu.

Kegagalan Boy menjadi pengusaha properti rupanya mengantarnya ke pintu kesuksesan lainnya. Ia pun mulai menjejakkan kakinya di industri tambang batu bara. Pada 1992, ia bergabung dengan PT Allied Indo Coal di Sawah Lunto, Sumatera Barat.

Di perusahaan ini, Boy memiliki 20 persen saham. Tapi, karena komoditas batu bara belum naik pamor seperti saat ini, perusahaan itu pun tidak bisa dibilang berkembang. Lebih parahnya, Boy melanjutkan bisnis tanpa bantuan mitranya dari Australia yang tiba-tiba meninggalkan Indonesia karena maraknya aksi kerusuhan.

But life must go on. Boy pun mengincar bisnis lainnya, yakni mengakuisisi PT Wahana Ottomitra Multiartha alias WOM Finance pada 1997 silam. Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang pembiayaan sepeda motor merek Honda.

"Modal memberikan WOM Finance hanya Rp5 miliar. Ditambah dari perusahaan Ometraco Rp5 miliar dan sisanya utang," terang dia.

Boom! WOM Finance sukses. Kesuksesannya bahkan menandingi perusahaan batu bara. Tanpa berpanjang lebar, Boy melepas 70 persen saham WOM Finance dengan harga menggiurkan, yaitu US$150 juta kepada BII. Bayangkan, modal Rp5 miliar yang dikeluarkan Boy menjadi US$150 juta.

Dari sana lah, ia memiliki modal membeli tambang batu bara di Kalimantan Selatan dan bergabung bersama pengusaha sukses lainnya membentuk konsorsium membeli saham Adaro Energy dari New Hope, perusahaan asal Australia.

Adaro disulap menjadi perusahaan tambang kakap sekaligus menjadi produsen batu bara terbesar ke-5 di dunia.

Bahkan, pada akhir 2011, Forbes mendapuk Adaro sebagai satu dari 50 perusahaan terbaik di Asia.

Kemudian, pada 2013, Boy memutuskan memborong saham Adaro, perusahaan yang dipimpinnya. Aksinya tersebut berhasil membuat kekayaannya bengkak menjadi US$955 juta, versi Forbes.

Saat itu, ia didapuk sebagai orang terkaya ke-37 pada 2014 dan posisinya terus menanjak menjadi terkaya ke-17 pada 2021.

[Gambas:Video CNN]



Punya Tanah di Kalimantan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER