Turun 0,43 persen, Produksi Padi 54,42 Juta Ton pada 2021

CNN Indonesia
Rabu, 02 Mar 2022 05:55 WIB
BPS mencatat produksi padi 54,42 juta ton gabah kering giling (GKG) pada 2021 atau turun 0,43 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
BPS mencatat produksi padi 54,42 juta ton gabah kering giling (GKG) pada 2021 atau turun 0,43 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/ASEP FATHULRAHMAN).
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi padi sebesar 54,42 juta ton gabah kering giling (GKG) pada 2021. Angka tersebut turun sebanyak 233,91 ribu ton atau 0,43 persen dibandingkan produksi padi 2020, yakni 54,65 juta ton GKG.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan daerah penyumbang utama penurunan produksi terbesar pada 2021 lalu secara tahunan adalah dari Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, dan Jawa Timur.

Sumatera Selatan turun 6,95 persen, Lampung turun 6,22 persen, dan Jawa Timur turun 1,56 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sementara penyumbang utama untuk kenaikan produksi terbesar untuk 2021, secara yoy, terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Papua," ujarnya dalam konferensi pers secara daring, Selasa (1/3).

Lebih rinci, Sulawesi Selatan sebesar 382,17 ribu ton GKG atau meningkat sebesar 8,12 persen dibanding 2020. Kemudian di Jawa Tengah sebesar 129,49 ribu ton GKG atau naik 1,36 persen, dan di Papua sebesar 120,28 ribu ton GKG atau meningkat 72,46 persen.

Setianto juga mengungkapkan luas panen padi pada 2021 mencapai sekitar 10,41 juta hektar. Ini mengalami penurunan sebanyak 245,47 ribu hektar atau 2,30 persen dibandingkan luas panen padi di 2020, yakni 10,66 juta hektar.

Sementara, produksi beras pada 2021 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 31,3 juta ton. Angka tersebut turun 140,73 ribu ton atau 0,45 persen dibandingkan produksi beras di 2020 yang sebesar 31,50 juta ton.

Lebih lanjut, Setianto juga mengungkapkan nilai tukar petani (NTP) nasional pada Februari 2022 sebesar 108,83 atau naik 0,15 persen dibanding NTP bulan sebelumnya.

Kenaikan NTP dikarenakan indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,26 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,11 persen.

NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

[Gambas:Video CNN]



(mrh/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER