Mikhail Fridman dan Oleg Deripaska, dua orang terkaya Rusia, mendesak Pemerintahan Presiden Vladimir Putin menghentikan perang terhadap Ukraina.
Desakan Fridman dituangkan dalam sebuah surat yang ditulisnya. Orang terkaya ke-128 dalam Billionaires 2021 itu mengaku prihatin dengan perang Rusia-Ukraina, mengingat kedekatannya dengan kedua negara. Diketahui Fridman adalah seorang warga negara Rusia, namun lahir di Ukraina.
"Orang tua saya adalah warga negara Ukraina dan tinggal di Lviv, kota favorit saya. Tetapi, saya juga menghabiskan hidup saya sebagai warga negara Rusia, membangun dan mengembangkan bisnis di Rusia. Saya sangat terikat dengan orang-orang di Ukraina dan Rusia dan melihat konflik saat ini sebagai tragedi," tulis Fridman dilansir CNN Business, Selasa (1/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Krisis ini akan merenggut nyawa dan merusak dua negara yang telah bersaudara selama ratusan tahun. Sementara, solusi tampak masih sangat jauh. Saya hanya bisa bergabung dengan mereka yang berkeinginan kuat untuk mengakhiri pertumpahan darah," sambung Fridman dalam suratnya.
Fridman merupakan Ketua Alfa Group, konglomerat swasta yang beroperasi di Rusia dan negara-negara bekas pecahan Uni Soviet. Bisnisnya mencakup perbankan, asuransi, ritel, dan air mineral. Bahkan, Alfa Bank tercatat sebagai bank terbesar keempat di Rusia.
Ironisnya, meski pemilik kekayaan US$13,3 miliar itu menentang perang, Alfa Bank terkena sanksi ekonomi dari negara barat. Bank yang diasuhnya itu dipastikan bakal kesulitan menghimpun uang di pasar mereka di Amerika Serikat (AS).
Miliarder lainnya, Deripaska, juga menyerukan agar perang Rusia-Ukraina dihentikan. Orang kaya nomor 775 di dunia itu bahkan mendesak agar kedua negara berdialog dan melakukan negosiasi. "Perdamaian sangat penting!" imbuhnya.
Bos aluminium dengan kekayaan US$3,9 miliar tersebut benar-benar mengkhawatirkan situasi ekonomi Rusia, mengingat mata uang rubel dan pasar saham sudah rontok.
Apalagi, bank sentral Rusia baru saja menaikkan suku bunga acuannya. Tak tanggung-tanggung, suku bunga acuan dikerek dari 9,5 persen menjadi 20 persen dalam sekejap.
Para pengusaha dan eksportir pun diminta untuk melepas seluruh mata uang asing yang mereka miliki demi mengurangi dampak lebih bagi ekonomi Rusia usai pemberlakuan sanksi dari negara-negara barat.