Perusahaan Migas Cabut Berjamaah dari Rusia Buntut Serangan ke Ukraina

CNN Indonesia
Rabu, 02 Mar 2022 14:09 WIB
Exxon Mobil dan sejumlah perusahaan migas memutuskan keluar dari Rusia menyusul serangan yang mereka lakukan ke Ukraina.
Exxon Mobil memutuskan untuk keluar dari operasionalnya di Rusia pada Selasa (1/3) menyusul serangan Rusia ke Ukraina. Ilustrasi. (AFP/KAREN BLEIER).
Jakarta, CNN Indonesia --

Exxon Mobil mengumumkan bakal hengkang dari berbagai operasi di Rusia pada Selasa (1/3). Keputusan ini diambil menyusul invasi Rusia ke Ukraina.

Keputusan itu termasuk meninggalkan operasi di proyek produksi minyak dan gas besar di Pulau Sakhalin di Timur Jauh Rusia.

"Mengingat situasi saat ini, Exxon Mobil tidak akan berinvestasi dalam pengembangan baru di Rusia," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perusahaan migas asal AS itu tidak merinci jadwal mereka keluar dari Rusia. Perusahaan juga tidak mengomentari potensi penurunan aset. Kendati demikian, perusahaan mengutuk serangan Rusia dan mengatakan mendukung rakyat Ukraina.

"Kami menyesalkan tindakan militer Rusia yang melanggar integritas wilayah Ukraina dan membahayakan rakyatnya," terang Exxon.

Tahun lalu, Exxon mempekerjakan lebih dari 1.000 orang di Rusia dengan kantor di Moskow, St. Petersburg, Yekaterinburg dan Yuzhno-Sakhalinst. Sumber Reuters menyebut perusahaan telah mengevakuasi karyawan AS yang bertugas di Rusia.

Perusahaan mengirim pesawat ke Pulau Sakhalin untuk mengambil staf, kata salah satu orang yang mengetahui masalah tersebut.

Exxon mengoperasikan tiga ladang minyak dan gas lepas pantai besar yang beroperasi di Pulau Sakhalin atas nama konsorsium internasional perusahaan Jepang, India, dan Rusia. Perusahaan juga telah memajukan rencana untuk menambah terminal ekspor gas alam cair di lokasi tersebut.

"Bisnis Exxon di Rusia relatif kecil dalam konteks perusahaannya yang lebih luas, sehingga tidak memiliki signifikansi yang sama seperti yang dimiliki BP atau TotalEnergies, jika ingin meninggalkan aset Rusianya," ujar Direktur Energi dan Peneliti Pertambangan Pallissy Advisors Anish Kapadia.

Secara terpisah, perusahaan migas asal Italia Eni juga mengumumkan akan keluar dari proyek pipa gas Blue Stream. Porsi saham Eni pada proyek yang menghubungkan pipa gas Rusia dan Turki itu mencapai 50 persen. Sementara, 50 persen sisanya dimiliki oleh perusahaan energi Rusia, Gazprom.

"Eni berniat menjual sahamnya di Blue Strem," ujar juru bicara perusahaan seperti dikutip AFP.

Juru bicara itu menyebut kehadiran Eni di Rusia masih minim. Adapun, usaha patungan eksplorasi dengan BUMN migas Rusia, Rosneft, di Laut Arktik sudah mandek sejak bertahun-tahun lalu.

Sebelumnya, Shell Oil Company, perusahaan minyak dunia asal Inggris juga memutuskan menarik bisnisnya dari Gazprom. Hal ini dilakukan menyusul sanksi yang diberlakukan sejumlah negara terhadap Rusia sebagai buntut atas invasi besar-besaran yang mereka lakukan terhadap Ukraina.

Perusahaan tersebut dikabarkan akan melepas berbagai saham mulai dari 27,5 persen saham di fasilitas gas alam cair Sakhalin-2, 50 persen saham proyek ladang di Salym, serta 50 persen saham proyek eksplorasi di semenanjung Gydan di barat laut Siberia.

Keputusan serupa juga diambil raksasa migas BP dengan melepas 20 persen sahamnya di Rosneft sebagai imbas dari serangan militer Rusia terhadap Ukraina.

[Gambas:Video CNN]



(sfr/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER