Harga Minyak Dunia Terjun Bebas Usai UEA Janji Tambal Produksi

CNN Indonesia
Kamis, 10 Mar 2022 07:43 WIB
Harga minyak dunia terjun bebas hingga 17 persen. Brent dipatok US$111,14 per barel, dan WTI dibanderol US$108,70 per barel.
Harga minyak dunia terjun bebas hingga 17 persen. Brent dipatok US$111,14 per barel, dan WTI dibanderol US$108,70 per barel. (AFP/Haidar Mohammed Ali).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak dunia terjun bebas, penurunan terbesar sejak awal pandemi covid-19, pada Kamis (10/3) pagi. Penurunan harga minyak didorong janji Uni Emirat Arab selaku anggota OPEC untuk meningkatkan produksi ke pasar akibat gangguan pasokan Rusia di tengah hujan sanksi AS dan blok Barat.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei anjlok lebih dari 17 persen sepanjang sesi dan ditutup merosot 13,2 persen menjadi US$111,14 per barel. Persentase penurunan ini terburuk sejak 21 April 2020.

Lalu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret melorot 12,5 persen menjadi US$108,70 per barel. Angka penurunan ini terburuk sejak November 2021 lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami mendukung kenaikan produksi dan bakal mendorong OPEC mempertimbangkan tingkat produksi yang lebih tinggi," ungkap Duta Besar Yousuf Al Otaiba dalam pernyataan yang dicuit Kedutaan Besar UEA di Washington.

Direktur Energi Berjangka di Mizuho Bob Yawger optimistis langkah UEA mungkin bisa membawa sekitar 800 ribu barel ke pasar dengan sangat cepat. "Bahkan, segera. Menggantikan sepertujuh pasokan yang hilang dari Rusia," katanya.

Penurunan harga minyak juga diperparah oleh para pedagang yang menafsirkan bahwa Irak juga bersedia untuk mengerek produksi jika diperlukan.

Sebelumnya, sebagian pelaku pasar mengklarifikasi bahwa mereka melihat kenaikan produksi bulanan OPEC+ cukup untuk mengatasi kekurangan minyak. Namun, pernyataan itu berubah, ketika Sekretaris Jenderal Mohammed Barkindo menuturkan pasokan semakin tertinggal dari permintaan.

Padahal, pekan lalu, OPEC dan sekutunya tersebut sempat menyalahkan kenaikan harga minyak pada geopolitik Rusia-Ukraina ketimbang pasokan yang berkurang, sehingga tidak ada rencana menaikkan produksi lebih cepat.

Analis Pasar Senior di OANDA Edward Moya mengatakan saat ini, dunia bekerja sama mengatasi lonjakan harga minyak di tengah larangan impor oleh AS terhadap produksi Rusia. Begitu pula Inggris yang berencana menghapus impor minyak Rusia pada akhir tahun ini yang semakin mengguncang pasar.

Diketahui, harga minyak telah reli lebih dari 30 persen sejak invasi militer Rusia pada 24 Februari, menyentuh puncak tertingginya, yaitu US$139 per barel pada Senin (7/3).

[Gambas:Video CNN]



(bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER