Kepala Ekonom Bank Dunia Carmen Reinhart mengingatkan lonjakan harga energi dan harga pangan yang dipicu oleh invasi militer Rusia ke Ukraina dapat memperburuk keamanan terkait pangan di Timur tengah dan Afrika, termasuk memicu meningkatnya kerusuhan sosial.
"Akan ada konsekuensi penting bagi Timur Tengah, Afrika, Afrika Utara dan Afrika sub-Sahara pada khususnya, yang mengalami kerawanan pangan," ujarnya mengingatkan, dilansir Antara, Kamis (10/3).
Reinhart mengaku tidak bermaksud melodramatis, namun kerawanan pangan dan kerusuhan ialah bagian dari cerita di balik musim semi Arab. Ia juga mengingatkan bahwa upaya kudeta yang gagal maupun yang berhasil di wilayah tersebut, sudah meningkat dua tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Musim semi Arab yang dimaksud Reinhart, yaitu serangkaian protes dan pemberontakan pro-demokrasi yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara mulai 2010 lalu, dari Tunisia yang kemudian menyebar ke lima negara lainnya, yakni Libya, Mesin, Yaman, Suriah, dan Bahrain.
Lonjakan harga secara tiba-tiba, lanjut dia, dapat mengakibatkan keresahan, seperti yang terjadi pada 2007-2008 dan pada 2011, saat harga-harga pangan global dikaitkan dengan kerusuhan di lebih dari 40 negara.
Apalagi, saat ini komoditas pertanian sudah naik 35 persen pada Januari dibandingkan tahun lalu. Diproyeksikan, harganya terus meningkat karena perang Rusia-Ukraina, di mana keduanya dikenal sebagai eksportir gandum, jagung, barley, dan minyak bunga matahari.
Bank Dunia terus memperingatkan dampaknya terhadap Timur Tengah dan Afrika Utara, dimana Mesir mengimpor 80 persen gandum mereka dari Ukraina dan Rusia. Mozambik juga merupakan importir terbesar gandum dan minyak.
Tak cuma itu, lonjakan harga energi juga dapat mendorong pembuat kebijakan untuk memberikan lebih banyak subsidi, yang pada akhirnya menambah utang lebih banyak bagi negara penghasilan rendah. Saat ini saja, 60 persen di antara negara berpenghasilan rendah mengalami kesulitan utang.
Reinhart menuturkan negara-negara Asia Tengah juga menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan, mengingat hubungan ekonomi dan perdagangan yang erat dengan Rusia. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan memperkirakan kondisi itu bisa membawa negara-negara jatuh ke resesi ekonomi.
"Ini akan memukul mata uang mereka dan sudah ada tanda penarikan di bank-bank, masalah kepercayaan, ditambah dengan kerawanan pangan dan pengiriman uang," tandas Reinhart.