PT Pertamina (Persero) mengaku memaksimalkan penggunaan minyak mentah domestik sebagai upaya untuk menekan biaya produksi bahan bakar minyak (BBM) di tengah lonjakan harga global.
Siasat itu sekaligus untuk mengantisipasi lonjakan harga minyak mentah dunia yang diperkirakan terus merangkak naik. Apalagi, proyeksi Goldman Sachs terbaru mengungkap bakal terjadi krisis energi, minyak maupun gas sebagai dampak perang Rusia-Ukraina.
VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman mengaku perseroan tengah berupaya menjaga kinerja perusahaan dengan optimalisasi operasional seluruh portofolio, termasuk juga percepatan eksekusi program kerja hulu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Khusus untuk menekan biaya produksi BBM dalam negeri, Pertamina juga memaksimalkan penggunaan minyak mentah domestik dan mengoptimalkan penggunaan gas alam untuk penghematan biaya energi. Pararel juga dilakukan peningkatan produksi kilang untuk produk bernilai tinggi," katanya kepada CNN Indonesia, Jumat (11/3).
Pada saat yang sama, sambung Fajriyah, Pertamina juga terus melakukan efisiensi menyeluruh di semua aspek bisnis, melakukan reformasi business dan operating model, dan prioritas investasi dan strategi optimasi kas internal, optimalisasi digital transformation, dan new ways of working.
Adapun, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai untuk sampai tahapan krisis energi agaknya masih cukup panjang. Sebab, sekalipun Rusia setop memproduksi, toh negara-negara OPEC masih mampu untuk meningkatkan produksi mereka.
"Kita berharap saja tekanan internasional untuk meminta OPEC meningkatkan produksi bisa terus dilakukan. Hal ini bisa menjaga stabilitas pasokan secara global dan menjaga harga minyak dunia," tutup Mamit.