Senada, Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali menilai banyak anak muda yang menerima titipan uang dan tidak mengetahui secara pasti sumber dana tersebut.
"Yang saya lihat saat ini banyak anak muda terima titipan uang secara lugu dan mereka ignorant terkait sumber nya. Jangan lupa uang-uang ilegal sedang mencari pelabuhan," ucap Rhenald.
Menurut Rhenald, setidaknya butuh waktu 15 tahun-20 tahun untuk bisa mengkonsumsi hal-hal yang seringkali dipamerkan oleh crazy rich. Hal ini dengan asumsi berbisnis dari nol dan tanpa hak istimewa (privilege).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang dipamerkan adalah yang disebut personal goods, yang melekat pada fisik manusia, yakni pakaian, aksesoris, tas, transportasi, seperti kendaraan sampai pesawat, rumah," papar Rhenald.
Meski begitu, ia mengatakan kasus setiap crazy rich berbeda-beda. Ia mencontohkan Rudy.
Menurut dia, Rudy memang pandai berjualan mobil mewah. Bisnisnya jelas dan pintar bergaul dengan artis atau orang-orang yang suka pamer harta.
"Jadi ini (Rudy jadi crazy rich) banyak wajarnya, karena barangnya riil, dan tidak konsumtif. Yang lain harus dilihat kasus per kasus. Saya tidak bisa sebutkan satu-satu," jelas Rhenald.
Rhenald menjelaskan kecurigaan soal tindakan pencucian di balik kekayaan crazy rich milenial ini harus dijawab oleh PPATK.
Kepala PPATK Ivan Yustiavandana mengaku pihaknya terus memantau aliran dana dari crazy rich Indonesia. Namun, ia tak menyebut pasti siapa saja yang sedang dipantau secara khusus.
"Iya (pemantauan) akan berkembang terus," ujar Ivan.
Menurut Ivan, pantauan aliran dana crazy rich masih diproses oleh analis PPATK. Ia masih belum bisa membeberkan hasil dari pantauan sementara.
Jika memang ada indikasi pencucian uang oleh crazy rich, maka PPATK akan melapor ke kepolisian untuk ditindaklanjuti.
"Hasil analisis diserahkan ke kapolri atau Bareskrim," pungkas Ivan.
(agt)