Penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) decacorn GoTo akhirnya terealisasi pada Selasa (15/3) kemarin. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk mengumumkan akan melepas 52 miliar saham dengan harga kisaran Rp316-Rp346 per saham.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai harga yang ditawarkan GoTo lebih murah dibandingkan dengan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Kesimpulan diambil dengan membandingkan ekuitas dan price book value (PBV) kedua perusahaan.
Hans menambahkan dari kapitalisasi pasar (market cap) setelah IPO pun, GoTo lebih besar, yakni Rp377 triliun-Rp413 triliun. Sementara, kapitalisasi BUKA di bursa modal dalam negeri senilai Rp87,6 triliun. Sebagai pembanding, harga saham BUKA dibanderol Rp850 per saham kala IPO.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melihat ekosistemnya, kalau lihat datanya GoTo lebih murah valuasinya dibandingkan BUKA, artinya ekuitas dan price book value dan sebagainya, posisi GoTo lebh murah," jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (16/3).
Walau begitu, Hans berpendapat tetap saja harga GoTo masih kemahalan. Apalagi perusahaan masih mencetak rugi dengan jumlah jumbo.
Mengutip prospektus, GoTo menyatakan masih rugi bersih sebesar Rp11,58 triliun per September 2021. Nilai kerugian itu meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 senilai Rp10,43 triliun.
Dari sana, perusahaan teknologi tersebut mengalami rugi saham Rp197 per saham pada September 2021. Rugi memang turun dibandingkan pada periode sama 2020 lalu yang Rp365 per saham.
Nah, melihat itu, ia menyarankan investor ritel untuk hati-hati karena ruang pertumbuhan saham masih terbatas. Di sisi lain ada kemungkinan saham dilego dan bernasib sama seperti BUKA yang pada perdagangan sesi II hari ini dibanderol Rp260 per saham.
Hans menyebut memang GoTo memberlakukan skema greenshoe guna menjaga stabilitas harga saham pasca IPO. Lewat skema ini penjamin emisi bisa membeli hingga 15 persen tambahan saham dengan harga penawaran (perdana). Dalam hal ini, GoTo menyiapkan 'cadangan' 7,8 miliar saham.
Karena itu, Hans menilai harga bisa saja jatuh ke bawah level IPO jika pasar melego saham lebih dari 7,8 miliar lembar.
"Pemegang saham harus hati-hati, jumlah saham yang ditawarkan 52 miliar saham, stabilisasi oleh penjamin itu nilainya 7,8 miliar, kalau terjadi tekanan jual lebih dari 7,8 miliar tadi berarti tidak ada stabilitas harga dilakukan," beber dia.
Ia pun menyarankan investor untuk tak buru-buru mengantre membeli GoTo dan sebaiknya membaca detail prospektus perusahaan.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan menilai saham GoTo tak menarik untuk dikoleksi saat ini karena harganya yang kemahalan. Kendati demikian, ia tak gamblang menyebut berapa harga pantas saham tersebut.
Ia pun menilai ada kemungkinan harga GoTo jatuh ketika ada unicorn lain yang melantai, seperti harga BUKA yang terjun bebas usai kabar GoTo melantai diumumkan.
Dennies menambahkan bahwa secara prospek GoTo juga belum menarik.
"Di prospektusnya bahkan mereka bilang 'mungkin tidak akan mencapai profitabilitas'," ujarnya.
(wel/agt)