Rusia tak lagi menjadi negara tujuan investasi barat. Hal itu sebagai buntut dari invasinya terhadap Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu.
Rusia tergabung dalam kelompok negara berkembang paling populer dunia BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Meski demikian, persatuan negara itu disebut akan hilang.
Ekonomi Senior Alliance Bernstein Erick Winograd mengatakan mungkin sudah saatnya bagi investor untuk berhenti menyatukan semua pasar negara berkembang. Pasalnya, pesona BRICS sudah memudar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, penyedia indeks utama AS telah menghapus saham Rusia dari indeks dengan harga nol atau efektif nol. Saham perdagangan beberapa perusahaan Rusia yang terdaftar di AS, seperti mesin pencari Yandex dan telekomunikasi MTS telah dihentikan.
Tidak hanya itu, Bursa Efek Moskow juga telah ditutup sejak 25 Februari, sehari setelah invasi.
"Gagasan bahwa negara sebesar Rusia dapat dihapus dari indeks adalah masalah besar," imbuh Winograd seperti dikutip dari CNN Business, Rabu (16/3).
Menurutnya, Rusia tampaknya tidak akan dimasukkan dalam dana pasar negara berkembang teratas dalam waktu dekat. Bahkan, bagi investor barat yang masih mau berinvestasi dalam aset Rusia, tidak jelas apa yang akan terjadi selanjutnya.
Senada, Ekonom Sen Sharma mengatakan orang-orang akan sulit melakukan investasi di Rusia.
"Akankah investor merangkul Rusia lagi? Jika tidak ada likuiditas, itu adalah poin yang diperdebatkan. Tetapi juga sulit untuk percaya bahwa orang akan bergegas ke Rusia dalam waktu dekat," kata dia.
Ia berpendapat beberapa investor mungkin mulai melihat pasar negara berkembang lainnya untuk menggantikan Rusia, seperti Taiwan Korea Selatan, Polandia, Turki, dan Meksiko begitu juga Filipina dan Indonesia.
"Anda dapat menjuluki Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, dan Turki sebagai pasar MIST. Orang-orang menyukai akronim mereka," ujar Sharma.