Curhat Pedagang Pasar Bintaro Belum Dapat Minyak Goreng Subsidi

CNN Indonesia
Rabu, 23 Mar 2022 19:11 WIB
Pedagang Pasar Bintaro Jaya Sektor 2, Tangerang, Banten curhat tentang sulitnya mendapatkan minyak goreng curah. Ilustrasi. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pedagang Pasar Bintaro Jaya Sektor 2, Tangerang, Banten curhat tentang minyak goreng curah yang semakin langka dan mahal usai pemerintah mencabut harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan.

Pemerintah menaikkan HET minyak goreng curah menjadi Rp14 ribu per liter atau Rp15.500 per kilogram (kg) dan menjanjikan subsidi. Namun, pedagang mengaku masih sulit mendapatkan minyak dengan harga tersebut.

Seorang pedagang sembako, Aris mengatakan pasokan minyak goreng curah yang ia terima dari penjual di Kebayoran Lama hanya 30 jeriken dari 70 jeriken yang mereka minta. Satu jeriken berisi 16 kg minyak goreng curah.

"Sekarang tinggal 10 jerigen. Sekarang paling cepat 3 hari 30 jerigen bisa habis karena makin banyak yang beli," kata Aris kepada CNNIndonesia.com, Rabu (23/3).

Aris mengaku belum pernah mendapatkan minyak goreng curah dengan HET Rp14 ribu per liter. Aris membeli minyak goreng curah Rp16 ribu per liter dan ia jual kembali dengan harga Rp22 ribu per liter.

"Sebelum subsidi kemasan dicabut, harga normalnya Rp18 ribu. Baru naik (harganya) minggu-minggu ini, karena stok juga langka, susah," ujar Aris.

Dengan semakin banyak pedagang maupun pembeli yang beralih ke minyak goreng curah, penjual sempat kehabisan minyak goreng selama tiga hari sebelum akhirnya menjual dengan jumlah terbatas.

Hal serupa juga diungkap oleh Hamdani dan Mar yang sudah bertahun-tahun menjual minyak goreng curah di Pasar Bintaro sebelum pemerintah mulai mensubsidi minyak goreng.

Sebelumnya, minyak goreng curah tidak selaku minyak goreng kemasan, sambungnya. "Kalau dulu lama juga habisnya yang curah, tapi kalau sekarang 20 kg juga 2 hari habis. Tapi barangnya enggak ada. Udah habis dan barangnya susah lagi dicari," ungkap Mar.

Ia dan Hamdani sudah tiga hari kehabisan minyak goreng, curah maupun kemasan, karena masih belum ada barang yang dikirim oleh agen pemasok.

"Sekarang habis, enggak ada barangnya. Terakhir jual 3 hari yang lalu," ujarnya.

Ia biasa memesan15 sampai 20 kg minyak curah. Namun, agen langganannya membatasi pembelian menjadi 15 kg supaya stok mencukupi untuk semua pemesan.

Agen pemasok langganan Mar dan Hamdani menjual minyak goreng curah Rp19 ribu per kg, patokan harga yang masih jauh di atas HET Rp15.500 per Kg. Mereka pun terpaksa menjualnya dengan harga Rp20 ribu.

"Jadi tergantung posisi dari sananya. Kan kami ngambil untungnya cuma Rp1.000 hingga Rp2.000. Kalau dari sananyaRp22 ribu, pasti mau enggak mauRp23 ribu atau Rp24 ribu jualnya," kata Hamdani.

Sebagai informasi, Pemerintah merombak total kebijakan terkait minyak goreng sawit curah, dari semula berbasis perdagangan menjadi kebijakan berbasis industri.

Hal tersebut dilakukan karena kebijakan minyak goreng sawit curah berbasis perdagangan terbukti tidak efektif menjaga pasokan dan harga di masyarakat, pelaku usaha mikro, dan usaha kecil.

Kebijakan minyak goreng sawit berbasis industri ini ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 8 Tahun 2022 tentang Penyediaan Minyak Goreng Curah untuk Kebutuhan Masyarakat, Usaha Mikro, dan Usaha Kecil dalam Kerangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).



(tdh/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK