Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.371 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Kamis (24/3) pagi. Mata uang Garuda turun 24,5 poin atau minus 0,17 persen dari perdagangan sebelumnya, yakni Rp14.346 per dolar AS.
Sementara, mayoritas mata uang di Asia bergerak memerah pagi ini. Tercatat, yen Jepang minus 0,09 persen, dolar Singapura minus 0,4 persen, won Korea Selatan minus 0,49 persen, peso Filipina minus 0,04 persen, rupee India minus 0,14 persen, yuan China minus 0,06 persen, ringgit Malaysia minus 0,15 persen, dan baht Thailand minus 0,20 persen.
Senada, mata uang di negara maju kompak merah pagi ini. Terpantau, franc Swiss minus 0,14 persen, dolar Kanada minus 0,06 persen, dolar Australia minus 0,05 persen, poundsterling Inggris minus 0,12 persen, dan euro Eropa minus 0,16 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memproyeksikan nilai tukar rupiah tertekan terhadap dolar AS karena pasar khawatir inflasi melonjak di tengah kenaikan harga minyak dunia.
"Kekhawatiran tersebut dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah karena kerusakan jalur pipa distribusi minyak mentah dari Kazakhstan di laut hitam Rusia akibat badai. Perbaikan bisa memakan waktu 2 bulan," kata Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Sebagai informasi, jalur pipa ini mengalirkan minyak kurang lebih 1,2 juta barel per hari. Kerusakan tentu saja akan menurunkan pasokan minyak mentah dunia.
Sementara itu, invasi Rusia di Ukraina diprediksi belum berakhir dalam waktu dekat. Pasalnya, diskusi yang dilakukan oleh dua negara itu belum menghasilkan kesepakatan damai.
Dengan demikian, gangguan pasokan komoditas masih akan terjadi dan pertumbuhan ekonomi global bakal terganggu akibat kenaikan inflasi.
Ariston memproyeksikan nilai tukar rupiah bergerak dalam rentang support Rp14.330 per dolar AS dan resistance Rp14.380 per dolar AS.
(fry/aud)