PT PLN (Persero) memproyeksi butuh devisa sebesar Rp357 triliun untuk mengimpor minyak mentah pada 2022. Hal ini dengan asumsi harga minyak dunia sebesar US$100 per barel.
"Berapa devisa yang dibutuhkan untuk mengimpor minyak dengan asumsi US$100 per barel, ini 2022 Rp357 triliun," ungkap Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Senin (28/3).
Ia meramalkan devisa yang dibutuhkan untuk mengimpor minyak akan terus meningkat hingga beberapa tahun ke depan. Berdasarkan perhitungan PLN, totalnya dapat mencapai Rp613 triliun pada 2025.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Darmawan, total kebutuhan minyak di RI mencapai 1,4 juta barel per hari. Kebutuhan minyak rata-rata naik 5,4 persen per tahun.
"Untuk itu 1,4 juta barel per hari, 2025 naik jadi 1,7 juta barel per hari, 2030 naik jadi 2,6 juta barel per hari, 2050 jadi 4,6 juta per hari dengan asumsi pertumbuhan (kebutuhan minyak) 5 persen per tahun," papar Darmawan.
Di sisi lain, target produksi minyak di RI hanya 700 ribu barel per hari tahun ini. Dengan demikian, ada selisih cukup besar antara produksi dengan kebutuhan minyak di dalam negeri.
Lihat Juga : |
"Ini memberikan suatu tekanan luar biasa, kita harus menyediakan energi yang berbasis impor," tutur Darmawan.
Oleh karena itu, Darmawan menilai perlu ada pergeseran penggunaan transportasi dari berbasis bahan bakar minyak (BBM) menjadi listrik.
"Solusi dekarbonisasi pengurangan impor BBM adalah mempercepat konversi kendaraan BBM ke listrik," jelas Darmawan.
(agt/agt)