Emak-emak Irit Minyak Goreng Buntut Harga Melambung
Minyak goreng jadi komoditas pangan yang tidak ada habisnya diperbincangkan sejak tahun lalu. Mulai dari harga melambung tinggi, pasokan yang terbatas, hingga jadi rebutan.
Akibatnya, emak-emak di beberapa daerah mengaku harus mengurangi konsumsi minyak goreng. Rahmani (41), ibu dari empat orang anak sekaligus pedagang di Pasar Raya Bima Nusa Tenggara Barat (NTB), mengaku harus mengurangi konsumsi minyak goreng sejak lama.
"Kalau dulu kan pemakaian satu liter bisa untuk 10 hari, kalau sekarang mah bisa sampai 20 hari. Malah sekarang lebih sering bakar ikan dari pada goreng. Orang mau gimana lagi, satu liter di sini masih Rp30 ribu, kalau yang dua liter Rp50 ribu sampai Rp60 ribu," katanya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (30/3).
Tak ayal, ia lebih sering untuk membeli makanan siap santap ketimbang memasak di rumah. "Gara-gara harga minyak goreng mahal jadinya beli makanan jadi aja, karena harga (minyak goreng) mahal dan kalau mau beli lihat antrean saja sudah capek duluan soalnya banyak yang rebutan," katanya.
Rahmani yang sudah berdagang selama belasan tahun ini mengaku tidak melihat operasi pasar yang dilakukan pemerintah setempat, seperti halnya di daerah lain. Justru, masyarakat bisa mendapat minyak goreng apabila mau divaksin covid-19.
"Enggak ada operasi pasar di sini, adanya pas vaksin dapat minyak goreng di wilayah perbatasan kota dan kabupaten. Jadi banyak yang vaksin tapi malah rebutan minyak goreng," ucap sambil tertawa.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Dewi (32), seorang ibu rumah tangga yang berdomisili di Depok, Jawa Barat. Ia mengaku lebih sering menumis masakan ketimbang menggorengnya. "Orang harga minyak goreng mahal, jadi berhemat aja deh," ucapnya.
Ia pun mengaku saat ini hanya mengkonsumsi 3 liter minyak goreng per bulan. Padahal, sebelum harga naik ia bisa menggunakan lebih dari itu.
"Kalau dulu pakai minyak goreng bisa lebih dari itu, kan masih murah Rp16 ribu per liter. Sekarang Rp25 ribu jadi mahal banget," ujarnya sambil gusar dengan harga minyak goreng yang tak kunjung reda.
Dewi mengaku saat ini masyarakat semakin terbiasa dengan harga pangan yang mahal. Namun tentu, ia tak ingin kejadian ini terus-terusan terjadi dan berharap pemerintah dapat mengendalikan harga sebelum memasuki bulan Ramadan.
Pada pertengahan Maret lalu, pemerintah mengubah aturan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng. Untuk minyak goreng acuan, HET naik dari Rp11 ribu per liter menjadi Rp14 ribu per liter.
Sementara, HET minyak goreng kemasan dicabut sehingga harganya melonjak mengikuti harga pasar.