Spanyol mencatat inflasi 9,8 persen di Maret 2022. Inflasi ini tercatat yang tertinggi dalam 37 tahun terakhir.
Negara tersebut menyusul Amerika Serikat (AS) yang mengalami inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir, yakni sebesar 7,9 persen pada Februari 2022.
Mengutip AFP, Rabu (30/3), Lembaga Statistik Nasional Spanyol alias INE mengatakan inflasinya lompat dari 7,6 persen di bulan lalu menjadi 9,8 persen akibat krisis energi yang melanda Eropa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah angka buruk yang mempengaruhi ekonomi kita, terutama kelompok yang rentan karena harga energi di luar kendali," kata Perdana Menteri Sosialis Pedro Sanchez.
Seperti bagian Eropa lainnya, Spanyol telah berjuang sejak tahun lalu dengan melonjaknya harga energi. Hal ini mengakibatkan rumah tangga dan bisnis pun kesulitan untuk membayar tagihan listrik.
Selain harga listrik dan bahan bakar, INE menyebut Spanyol terhantam oleh kenaikan biaya bahan makanan akibat perang.
Oleh karena itu, Pemerintah Spanyol menggelontorkan beberapa program untuk mengendalikan harga-harga bahan baku dalam negeri. Salah satunya berupa paket bantuan 362 juta euro (setara Rp5,78 triliun; asumsi kurs Rp15.996 per euro) untuk sektor pertanian dan 68 juta euro (setara Rp1,08 triliun) untuk perikanan.
Selain itu, untuk membantu konsumsi rumah tangga, selama tiga bulan ke depan kenaikan sewa dibatasi menjadi maksimal 2 persen.
"Kami yakin bahwa rencana respons nasional dan terutama kesepakatan yang dicapai di Brussel untuk menetapkan harga referensi gas akan memungkinkan kami dalam waktu dekat untuk membengkokkan kurva (inflasi) dan menstabilkan evolusi biaya hidup," kata Sanchez.
Spanyol, bersama dengan Portugal, berencana mengirimkan proposal yang menganjurkan Uni Eropa untuk membatasi harga gas. Tindakan ini datang setelah kedua negara diminta secara khusus oleh Pemerintah Brussel untuk intervensi dalam persoalan pasar listrik Eropa.