Survei Lowy Ungkap Warga 'Alergi' dengan Investasi China di RI

CNN Indonesia
Selasa, 05 Apr 2022 15:31 WIB
Survei Lowy Institute mengungkap pandangan masyarakat RI terhadap investasi China dan AS semakin negatif.
Survei Lowy Institute mengungkap pandangan masyarakat RI terhadap investasi China dan AS semakin negatif. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Syifa Yulinas).
Jakarta, CNN Indonesia --

Survei Lowy Institute, lembaga think tank Australia, mengungkap pandangan masyarakat Indonesia terhadap investasi China dan AS semakin negatif. Kalau dibandingkan, masyarakat RI bahkan lebih 'alergi' dengan China ketimbang AS.

Berdasarkan survei tersebut, 18 persen responden menyatakan AS lebih penting untuk ekonomi RI. Hanya 12 persen responden yang memilih China.

Di sisi lain, warga Indonesia melihat Asia Tenggara memiliki peran setara dengan AS bagi ekonomi Indonesia, yakni 18 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, hanya 43 persen saja responden yang menyatakan pertumbuhan China berdampak bagus untuk Indonesia. Angkanya jatuh 11 persen dari survei 2011 lalu saat 54 persen masyarakat RI masih melihat pertumbuhan China sebagai hal positif.

"Hampir setengah dari populasi (48 persen) setuju bahwa China ingin mendominasi Asia," tulis Lowy Institute dikutip pada Selasa (5/4).

Perihal investasi asing (foreign investment) hanya 42 persen responden mendukung investasi AS, namun masih lebih tinggi dari dukungan China yang hanya 30 persen.

Hasil survei tersebut juga menunjukkan penurunan signifikan terkait proyeksi ekonomi utama Asia (leasing economic power) dalam 20 tahun mendatang. Jika pada 2011 lalu sebanyak 52 persen masyarakat Indonesia percaya China akan menjadi negara paling kuat di Asia, kini angkanya tersisa 31 persen saja.

"Mereka (masyarakat RI) semakin khawatir tentang China, dan khususnya investor China, dan mereka juga tidak terlalu antusias dengan AS dan Australia," tulis laporan tersebut.

Lebih lanjut, Lowy mengungkapkan suara masyarakat terpecah soal pembukaan deras keran investasi di era Omnibus Law. Sebanyak 3 dari 10 atau 31 persen orang menilai Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperbolehkan terlalu banyak investasi luar.

Lalu, 17 persen mengatakan pemerintah masih terlalu tertutup, 26 persen menilai pemerintah membuka keran investasi sesuai, dan 26 persen sisanya mengaku tak tahu.

"Dari mereka yang menilai pemerintah memperbolehkan terlalu banyak investasi, 58 persen di antaranya berpendapat pemerintah membuka keran investasi berlebihan bagi China dan 13 persen lainnya menilai membuka keran terlalu besar bagi AS," tuturnya.

Berkebalikan dengan China, masyarakat Indonesia malah melihat Saudi Arabia menjadi negara yang paling positif.

Hanya 30 persen masyarakat menyatakan mendukung perusahaan, bank, dan dana investasi dari China membeli saham di perusahaan utama RI. Kontrasnya, 57 persen responden mendukung institusi Saudi Arabia untuk mengkontrol investasi di perusahaan Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Investasi pada awal tahun ini, Singapura merupakan negara nomor wahid yang berinvestasi di Indonesia, yakni US$9,39 miliar. Diikuti Hong Kong US$4,6 miliar, China US$3,16 miliar, AS US$2,53 miliar, dan Jepang US$2,26 miliar.

Adapun sejumlah proyek besar yang didanai China meliputi kereta cepat Jakarta-Bandung, Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara, Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara, Kawasan Industri Morowali di Sulawesi Tengah, Kawasan Industri Weda Bay di Maluku Utara, dan proyek lainnya.

[Gambas:Video CNN]



(wel/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER