Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.362 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Jumat (8/4) sore. Mata uang Garuda tak berubah dari perdagangan sebelumnya.
Begitu pula dengan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menempatkan rupiah di posisi Rp14.365 per dolar AS atau melemah dari Rp14.59 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
Sementara, sederet mata uang Asia terpantau lesu. Yen Jepang minus 0,12 persen, dolar Singapura 0,12 persen, won Korea Selatan 0,48 persen, peso Filipina 0,33 persen, yuan China 0,05 persen, ringgit Malaysia 0,06 persen, dan bath Thailand 0,45 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, rupee India naik tipis 0,1 persen dan dolar Hong Kong stagnan.
Di sisi lain, mata uang utama negara maju tampak bergerak variatif. Euro Eropa turun 0,11 persen, poundsterling Inggris minus 0,24 persen, dolar Australia melemah 0,21 persen, dolar Kanada turun 0,02 persen, dan franc Swiss turun 0,15 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut dolar AS naik ke level tertinggi hampir dua tahun terakhir pada perdagangan kemarin, karena investor mencerna sinyal hawkish dari The Fed.
Investor, menurut dia, bertanya-tanya apakah nilai mata uang sudah mencerminkan langkah pengetatan lebih lanjut. "Patokan imbal hasil obligasi AS 10-tahun juga mencapai level tertinggi tiga tahun selama sesi sebelumnya," katanya lewat rilis tertulis, Jumat (8/4) sore.
Dari dalam negeri ia menyebut pelaku pasar mengantisipasi potensi inflasi yang diproyeksikan meningkat akibat puasa dan Lebaran, seperti disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono.
"Selain itu Inflasi yang tinggi terjadi akan mengganggu kinerja mitra dagang yang akhirnya mengurangi output perekonomian. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya beban biaya produksi," imbuh Ibrahim.
Dia memproyeksikan perdagangan pekan depan akan dibuka fluktuatif dengan kecenderungan melemah dalam rentang Rp14.350-Rp14.390 per dolar AS.