Inflasi Harga Produsen China Meningkat 8,3 persen per Maret 2022

CNN Indonesia
Senin, 11 Apr 2022 21:36 WIB
Biro Statistik Nasional (NBS) mencatat inflasi indeks harga produsen (IHP) China meningkat 8,3 persen di Maret tahun ini akibat ketegangan Ukraina-Rusia. Ilustrasi. (REUTERS/ALY SONG).
Jakarta, CNN Indonesia --

Biro Statistik Nasional (NBS) mencatat inflasi indeks harga produsen (IHP) China naik 8,3 persen di Maret tahun ini.

Hal tersebut terjadi karena ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina mendorong harga minyak dunia. Di sisi lain pengetatan mobilitas demi meredam penyebaran pandemi covid-19 juga menekan pasokan makanan dan biaya konsumen.

"Faktor geopolitik dan lainnya telah membuat harga komoditas global terus meningkat, mendorong harga minyak, logam non-ferrous, dan industri terkait lainnya untuk mengalami kenaikan di dalam negeri," kata ahli statistik senior NBS Dong Lijuan seperti dikutip dari AFP, Senin (11/4).

Sementara, inflasi indeks harga konsumen (IHK) China naik 1,5 persen.

Lijuan mengatakan meski permintaan konsumen menurun sejak awal tahun, beberapa harga pangan tetap meningkat karena ada kenaikan harga pada gandum, jagung, dan kedelai.

Kenaikan harga tersebut mencapai titik tertinggi pada pertengahan Maret lalu menyusul invasi Rusia ke Ukraina. Konflik mengganggu distribusi pasokan gandum, jagung, dan kedelai, sebab kedua negara tersebut merupakan eksportir terbesar untuk komoditas itu.

Kepala Ekonom China Nomura Ting Lu mengatakan inflasi IHK dapat terus meningkat pada bulan ini. Sebab, banyak masyarakat di China menimbun makanan dan kebutuhan lainnya akibat lockdown.

"Inflasi IHK dapat meningkat lebih lanjut pada April karena rumah tangga di seluruh China telah menimbun makanan dan kebutuhan lainnya setelah mengambil pelajaran dari dampak penguncian Shanghai," ujarnya.

Lu menuturkan selama lockdown, penduduk mengalami kesulitan untuk mendapat bahan makanan. Di sisi lain, pembatasan mobilitas itu juga membuat rantai pasok ke seluruh negeri terganggu.

"Karena penguncian dan gangguan transportasi di timur laut China, basis produksi biji-bijian terbesar di China, pertanian musim semi tahun ini mungkin tertunda. Selain itu, risiko kekurangan pangan mungkin meningkat di paruh kedua (April)," kata dia.

(mrh/agt)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK