Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.365 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Selasa (12/4) sore. Mata uang Garuda bergeming karena tarik ulur sentimen dalam dan luar negeri.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di level Rp14.364 per dolar AS sore ini. Angkanya melemah dari posisi kemarin yang sebesar Rp14.370 per dolar AS.
Mata uang di Asia juga terlihat bergerak melemah. Terpantau, yen Jepang minus 0,15 persen, won Korea Selatan minus 0,22 persen, peso Filipina yang minus 0,15 persen, rupee India minus 0,18 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, yuan China minus 0,02 persen, ringgit Malaysia minus 0,04 persen, dan baht Thailand minus 0,09 persen. Sedangkan, dolar Hong Kong naik 0,02 persen dan dolar Singapura naik 0,03 persen.
Di sisi lain, mata uang di negara maju beragam. Terpantau, franc Swiss minus 0,27 persen, dolar Kanada minus 0,24 persen, dolar Australia naik 0,24 persen, poundsterling Inggris minus 0,15 persen, dan euro Eropa minus 0,19 persen.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra menjelaskan beberapa alasan mengapa nilai tukar rupiah mandek pada perdagangan hari ini.
"Kalau kita lihat kenaikan IHSG menembus level tertinggi baru atau all time high, bisa diartikan pelaku pasar cukup positif terhadap prospek perekonomian dalam negeri. Jadi, ini memberikan sentimen positif ke rupiah," kata Ariston kepada CNNIndonesia.com, Selasa (12/4).
Namun, sentimen negatif datang dari ekspektasi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
"Indikasi dari menguatnya ekspektasi pengetatan moneter AS yang agresif adalah kenaikan yield obligasi pemerintah AS, di mana tenor 10 tahun sudah menembus level tertinggi dalam 3 tahun," ucapnya.
Oleh karena itu, Ariston menilai tarik menarik sentimen ini menjadikan rupiah bergeming pada sore ini.