Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan utang luar negeri Indonesia masih relatif rendah dibandingkan negara negara tetangga di Asia Tenggara, bahkan dunia.
Posisi utang luar negeri Indonesia telah mencapai Rp7.014 triliun dengan rasio terhadap produk domestik bruto mencapai 40,17 persen per Februari lalu.
"Rasio utang kita termasuk yang relatif rendah baik diukur dari negara negara Asean, G20 atau bahkan seluruh dunia," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2022, Rabu (13/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Walau demikian, ia mengatakan pihaknya akan menjaga posisi utang luar negeri dengan sangat hati-hati dan bijaksana. Terlebih, saat ini terdapat negara yang mengalami kesulitan ekonomi akibat terlilit utang, salah satunya Sri Lanka.
"Kami akan menjaga dukungan Bank Indonesia kepada kita untuk tahun ini dari mengoptimalkan baik dari sisi belanja maupun dari sisi pendapatan negara yang saat ini mengalami peningkatan karena komoditas yang meningkat, ini adalah salah satu positive side," katanya.
Utang senilai Rp7.014 triliun tersebut terdiri atas surat berharga dengan denominasi rupiah senilai Rp4.901 triliun dengan rincian Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp4.054 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp847 triliun.
Selain itu, surat utang yang berdenominasi valuta asing (valas) sebesar Rp1.262 triliun dengan rincian SUN sebesar Rp978 triliun dan SBSN sebesar Rp282 triliun.
Sementara itu, pinjaman berada di posisi Rp850 triliun atau 12,12 persen dari total utang yang ada.
Sebagai perbandingan, utang Indonesia per Januari 2022 masih berada di posisi Rp6.919 triliun dengan rasio utang terhadap PDB hanya sebesar 39,63 persen.