Kemenperin Beberkan Alasan Mobil Listrik Masih Mahal

CNN Indonesia
Kamis, 21 Apr 2022 07:34 WIB
Kemenperin menyebut mahalnya mobil listrik karena komponen baterai yang lebih mahal ketimbang kendaraan bermotor itu sendiri.
Kemenperin menyebut mahalnya mobil listrik karena komponen baterai yang lebih mahal ketimbang kendaraan bermotor itu sendiri. Ilustrasi. (CNN Indonesia/ Rayhand Purnama).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjelaskan alasan di balik masih mahalnya mobil listrik yang dijual di Indonesia. Salah satunya, karena komponen baterai listrik lebih mahal dibandingkan kendaraan bermotor.

"Dapat kita lihat bahwa pada 2020, komponen baterai ini 50 persen lebih mahal dibandingkan dengan komponen ICE (kendaraan bermotor)," kata Pembina Industri Ahli Madya Koordinator Subdit Industri Alat Transportasi Darat Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin Dodit dalam webinar Indef, Rabu (20/4).

Terlebih, sebagian besar ongkos pembuatan baterai listrik untuk kendaraan dihabiskan hanya untuk material katoda. Bahkan, ongkos manufaktur masih lebih kecil dibanding harga material katoda itu sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah kami mem-breakdown cost of battery cells, apabila kita persentasekan 100 persen harga material katoda mencapai 51 persen. Inilah yang menjadi penyebab kenapa harga baterai belum bisa murah. Sementara ongkos manufaktur hanya 24 persen," ujarnya.

Meski demikian, pihaknya masih optimis bahwa pengembangan mobil listrik dapat berjalan. Dodit menjelaskan beberapa insentif yang diberikan pemerintah guna mempopulerkan kendaraan ramah lingkungan ke masyarakat.

Pertama, pemerintah membebaskan pemungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

Kedua, pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) juga dibebaskan khusus untuk kendaraan berbasis energi terbarukan.

Ketiga, Kementerian Perindustrian memberikan relaksasi terhadap Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan importasi bagi kendaraan listrik.

"Kami rasa ini merupakan kebijakan yang dapat mempopulerkan kendaraan EV di Indonesia, bukan dengan subsidi langsung namun dengan pengurangan beban yang ditanggung oleh masyarakat," jelasnya.

Ia menambahkan pemerintah telah menargetkan untuk memproduksi 600 ribu mobil listrik pada 2030 mendatang. Dengan begitu, beberapa target lain dapat tercapai secara bersamaan, yakni mengurangi ketergantungan minyak bumi sebesar 7,5 juta barel dan menurunkan 2,7 juta ton karbondioksida.

[Gambas:Video CNN]



(fry/bir)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER