Sejumlah pedagang pasar enggan menjual minyak goreng kemasan karena takut rugi. Ketakutan dipicu kebijakan Jokowi melarang ekspor CPO.
Mereka khawatir kebijakan akan menurunkan harga minyak goreng dalam waktu cepat. Kuku (65) misalnya.
Pedagang toko sembako di Pasar Cikini, Jakarta Pusat mengaku karena ketakutan itu ia memilih tak belanja minyak goreng lagi sejak libur lebaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemasan pun sekarang saya lagi enggak mau jual karena harganya kacau. Yang se-liter biasanya saya jual Rp23 ribu. Kalau nanti saya beli dengan harga mahal terus dia turun lagi bagaimana?" ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (17/5).
Kuku mengatakan kekhawatiran itu ia dasarkan pada kejadian sebelumnya. Ia pernah membeli minyak goreng dari agen seharga Rp46 ribu per dua liter, namun sekarang harga sudah berubah menjadi Rp45 ribu per dua liter.
"Terakhir jual saat harga masih Rp46 ribu buat dua liter, sekarang sudah turun jadi Rp45 ribu. Itu sebelum CPO dilarang, makanya karena dilarang jadi harganya pada turun," kata Kuku.
Senada dengan Kuku, kekhawatiran sama juga disampaikan pedagang lain yang bernama Ian.
"Kita bergantung pabriknya. Kalau dia turun saya mesti (ikut) menurunkan harganya? Jadi buat apa saya jual kalau harga turun terus," katanya.
Ia mengatakan setelah pencabutan harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng kemasan, pasokan minyak goreng kemasan sebenarnya sudah kembali melimpah.
Meski demikian, harga cenderung naik-turun. Hal itulah yang membuat dirinya merasa was-was dalam menjual minyak goreng. Karena, salah ambil keputusan, ia bisa rugi besar.
"Kalau dulu minyak goreng itu di-stok karena takut kurang, tapi sekarang sudah berlimpah, tapi harganya turun terus," sebut Ian.
Ia terakhir membeli minyak goreng pada April, stoknya pun masih tersedia lima botol merek Tropical ukuran dua liter dan dua kemasan merek Barco. Kalau pun stok habis, ia tidak mau membeli terlalu banyak.
"Kalau stok habis nanti kita beli lagi, tapi enggak banyak-banyak," kata Ian.
Sedangkan, Joko (56), pedagang yang berjualan di Pasar Gondangdia menyatakan tetap menjual minyak goreng kemasan karena ia tidak melihat ada perubahan harga signifikan sejak larangan ekspor CPO berlaku.
"Harga enggak berubah, larangan ekspor enggak berpengaruh. Harga masih sama saja," kata Joko.
Presiden Jokowi melarang ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng mulai 28 April. Hal itu ia putuskan dalam rapat bersama menterinya.
"Dalam rapat saya putuskan melarang ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng mulai Kamis 28 april 2022 sampai batas waktu yang ditentukan," katanya.
Jokowi menyatakan keputusan itu dilakukan supaya pasokan minyak goreng di dalam negeri kembali melimpah dan harganya murah.
Seminggu setelah larangan berlaku, minyak goreng banyak turun harga hingga Rp45 ribu untuk ukuran dua liter di sejumlah gerai Alfamart dan Indomaret.
Sedangkan, minyak goreng curah masih terbilang langka dan dijual seharga Rp20 ribu, jauh di atas HET sebesar Rp15.500 per kg atau setara Rp14 ribu per liter.
(tdh/agt)