Indonesia kembali mencetak rekor surplus neraca perdagangan pada April 2022. Nilainya mencapai US$7,56 miliar atau lebih tinggi dari rekor sebelumnya US$5,74 miliar pada Oktober 2021.
"Ini adalah rekor baru dan ini tertinggi," kata Kepala BPS Margo Yuwono saat konferensi pers online, Selasa (17/5).
Margo mengatakan surplus terjadi karena nilai ekspor mencapai US$27,3 miliar atau lebih tinggi dari realisasi impor sebesar US$19,76 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, surplus juga terjadi karena ada ekspor yang besar pada komoditas non migas, yakni mencapai US$25,88 miliar, sementara ekspor migas US$1,43 miliar.
"Penyumbang surplus terbesar lemak dan minyak hewan nabati dan bahan bakar mineral," ujarnya.
Tercatat, ekspor bahan bakar mineral mencapai US$5,27 miliar pada April 2022. Nilainya meningkat 13,88 persen secara bulanan.
Selanjutnya, ekspor lemak dan minyak hewani/nabati mencapai US$2,99 miliar, besi dan baja US$2,85 miliar, serta bijih logam, terak, dan abu US$1,17 miliar.
Sumbangan ekspor yang besar juga berasal dari komoditas kendaraan dan bagiannya senilai US$851,5 juta, logam mulia dan perhiasan/permata US$572,5 juta, nikel dan barang daripadanya US$357,4 juta.
Begitu juga dengan ekspor tembaga dan barang daripadanya sebesar US$258,2 juta, timah dan barang daripadanya US$388,7 juta, dan bahan kimia anorganik US$308,1 juta.
Kesepuluh komoditas andalan ekspor Indonesia ini menyumbang US$15,03 miliar atau 58 persen dari total ekspor non migas nasional.