Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tertekan karena inflasi nasional diproyeksi bakal mendekati level 4 persen pada akhir tahun.
"Pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan mengalami tekanan karena kenaikan inflasi dan suku bunga. Inflasi kita mungkin akan lebih upper end dari 3 persen plus minus 1 persen, mungkin akan lebih cenderung di dekat 4 persen," ujar Ani, sapaan akrabnya, saat rapat bersama Badan Anggaran DPR, Kamis (19/5).
Sementara saat ini, inflasi Tanah Air sudah berada di 3,47 persen secara tahunan (yoy) dan 2,15 persen secara tahun berjalan (ytd) per April 2022. Sedangkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01 persen per kuartal I 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, pemerintah mengubah asumsi pertumbuhan ekonomi di APBN 2022 dari 5,2 persen menjadi 4,8 persen sampai 5,5 persen. Sementara inflasi diperkirakan 2 persen sampai 4 persen.
Pemerintah juga mengubah asumsi tingkat bunga Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun dari 6,8 persen menjadi 6,85 persen hingga 8,42 persen. Pasalnya, realisasi tingkat bunga SUN 10 tahun sudah 7,33 persen per April 2022.
Begitu juga dengan asumsi nilai tukar rupiah, dari Rp14.350 per dolar AS menjadi Rp14.300 sampai Rp14.700 per dolar AS. Per April 2022, rupiah sudah berada di kisaran Rp14.546 per dolar AS.
Asumsi minyak mentah Indonesia (ICP) juga berubah dari US$63 per barel menjadi US$95 hingga US$105 per barel. Saat ini, ICP sudah berada di kisaran US$102,5 per barel.
Lifting minyak dan gas juga berubah. Lifting minyak berubah dari 703 barel per hari menjadi 635 ribu hingga 703 ribu barel per hari. Lifting gas berubah dari 1,03 juta barel setara minyak per hari menjadi 956 ribu sampai 1,03 juta barel setara minyak per hari.