Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.617 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Rabu (25/5) sore. Mata uang menguat 43,5 poin atau 0,3 persen dari Rp14.661 per dolar AS pada Selasa (24/5).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.645 per dolar AS atau menguat dari Rp14.653 per dolar AS pada Selasa kemarin.
Mata uang Asia tampak bervariasi, seperti baht Thailand menguat 0,28 persen, won Korea Selatan 0,11 persen, rupee India 0,08 persen, dan ringgit Malaysia 0,08 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan beberapa melemah, seperti yen Jepang minus 0,20 persen, dolar Singapura minus 0,20 persen, yuan China minus 0,24 persen, dan peso Filipina melemah 0,05 persen. Sementara itu, dolar Hong Kong stagnan.
Di sisi lain, jajaran mata uang utama negara maju kompak melemah, seperti rubel Rusia melemah 3,48 persen, euro Eropa minus 0,62 persen, dan franc Swiss minus 0,20 persen.
Kemudian, dolar Kanada melemah 0,17 persen, dolar Australia minus 0,35 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,01 persen.
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menilai bertahannya penguatan rupiah terjadi karena Bank Indonesia (BI) menerapkan kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk menyerap likuiditas pasar.
Lihat Juga : |
"Ekspektasi pasar bahwa BI akan mulai menaikkan suku bunga acuan pada rapat yang akan datang juga mungkin membantu rupiah menguat," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Di sisi lain, niat jelas Bank Sentral AS alias The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan dengan lebih agresif tahun ini membuat penguatan rupiah tidak terlalu jauh.
Selain itu, isu potensi resesi perekonomian global juga menahan rupiah menguat terlalu jauh.