Pengamat menilai banyak startup seperti Zenius dan LinkAja melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena manajemen sedang siap-siap aliran modal dari investor terganggu di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Vice President of Investment MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto menjelaskan inflasi di beberapa negara sedang tinggi. Kemudian, The Fed berencana terus mengerek suku bunga acuan untuk mengatasi lonjakan inflasi di AS.
"Jadi sekarang orang pada wait and see. Modal ada tapi belum bisa di-deploy, sedangkan perusahaan harus tetap tumbuh dan melanjutkan bisnis mereka," ungkap Aldi kepada CNNIndonesia.com, Rabu (25/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Manajemen startup pun tak bisa hanya duduk diam menanti investor menyuntikkan modal ke perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan memutar otak agar bisnis tetap berjalan.
"Nggak semuanya bisa menunggu porsi modal balik seperti kemarin. Jadi fundraising climate di AS lagi menantang dari sebelumnya," ucap Aldi.
Sementara, beberapa investor startup RI juga berasal dari luar negeri, khususnya AS. Dengan demikian, manajemen startup domestik sudah jaga-jaga untuk kondisi terburuk dengan mengurangi unit bisnis.
"Di mana akhirnya mereka sekarang sudah realignment dari sisi bisnis, mana-mana saja yang memang dari bisnis mereka sekarang bisa dibilang kurang bagus, mungkin mereka mau coba trim down the fat," jelas Aldi.
Lihat Juga : |
Namun, secara keseluruhan Aldi melihat aliran modal untuk startup di Indonesia sebenarnya masih aman saat ini. Namun, manajemen sudah melakukan penyesuaian bisnis dari sekarang.
"Manajemen dari startup yang bijak sudah langsung siap-siap dari sekarang," ujar Aldi.
Di sisi lain, Dosen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI) Ebi Junaidi mengatakan manajemen startup mulai melakukan penyesuaian bisnis agar lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen.
"Sekarang dengan PPKM yang sudah relaksasi pasca pandemi, model bisnis menjadi kurang relevan buat konsumen, sehingga permintaan dari bisnis tersebut menjadi menurun dan akhirnya karyawan yang sebelumnya ada di bidang itu tidak relevan lagi," papar Ebi.
Hal ini sebenarnya tak hanya dilakukan oleh startup, tapi semua jenis perusahaan. Namun, pergerakan startup lebih cepat dibandingkan dengan korporasi lain, sehingga mereka banyak melakukan PHK.
"Karena memang fleksibilitas ini yang dibutuhkan mereka untuk bertahan secara lebih besar. Mungkin level korporasi penyesuaiannya lebih lama tapi kalau mereka (startup) memang melakukannya secara cepat," jelas Ebi.
Saat awal pandemi, kata Ebi, startup melakukan ekspansi besar-besaran dengan merekrut banyak karyawan baru. Namun, manajemen terpaksa mengurangi unit bisnis yang pertumbuhannya tidak sesuai target.
"Menurut saya ketika pertumbuhan mereka tidak lgi se eksponensial sebelumnya, akhirnya rasionalisasi menjadi salah satu cara mereka untuk melakukan efisiensi dan optimalisasi terhadap sumber daya yang ada," ungkap Ebi.
Sebelumnya, startup bernama Zenius melakukan PHK terhadap lebih dari 200 karyawan. Hal ini karena kinerja perusahaan menurun di tengah gejolak ekonomi.
Selain itu, LinkAja juga melakukan PHK terhadap sejumlah karyawan untuk reorganisasi sumber daya manusia (SDM).
Kebijakan itu dilakukan untuk memastikan perusahaan tumbuh secara optimal dengan SDM yang efisien dan fokus pada bisnis perusahaan.
(tdh/aud)