Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) bersama tim pakar mengaku akan mengembangkan dan memproduksi vaksin virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sedang menjangkit ternak di beberapa wilayah di Indonesia.
Kepala Pusvetma di Surabaya Edi Budi Susila menyebut hal itu merupakan arahan langsung dari Menteri Pertanian.
Dia mengatakan pengembangan vaksin akan dilakukan dengan metode kultur jaringan untuk membuat vaksin inaktif (killed vaccine).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vaksin tersebut mengandung virus yang sudah dimatikan dengan suhu panas, radiasi, atau bahan kimia. Proses ini membuat virus tetap utuh, tapi tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang biak.
"Ini berfungsi untuk melindungi hewan ternak yang belum terjangkit dari penularan PMK. Untuk yang sudah terjangkit akan kami maksimalkan pengobatan dan perawatannya," ungkap Edi, di Surabaya, Jumat (27/5).
Pusvetma Surabaya sendiri adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang kesehatan hewan, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Pusvetma diketahui terakhir kali memproduksi vaksin PMK pada 1986 silam. Pada tahun yang sama, Indonesia dinyatakan bebas dari PMK.
Lihat Juga :REKOMENDASI SAHAM Manisnya Saham Bahan Baku dan Energi di Tengah Inflasi Global |
Di sisi lain, lanjut Edi, upaya edukasi bagi para peternak juga harus terus dilakukan. Sebab, di beberapa daerah masih ditemukan peternak yang tidak paham penanganan hewan terindikasi tertular PMK.
"Berikan vitamin agar imunitasnya bertambah dan mencegah penularan. Cuci mulut sapi dengan NaCl (natrium klorida). Lalu bersihkan kandang dengan disinfektan setiap pagi dan sore, pastikan pula kebersihan kandang dan alatnya selalu terjaga," ucapnya.
Edi mengatakan Pusvetma dan tim pakar sangat terbuka apabila ada pakar dari wilayah lain turut bergabung dalam upaya percepatan penanganan PMK hewan ternak melalui pembuatan vaksin.
"Kami sangat terbuka jika Ibu Gubernur merekomendasikan guru besar dari tempat lain untuk bergabung guna percepatan pembuatan vaksin ini," terang dia.
Virus PMK yang mewabah telah menjangkit ribuan hewan ternak di 23 kabupaten/kota di Jawa Timur (Jatim). Sebanyak 8.794 sapi terjangkit penyakit ini, 1.482 ekor di antaranya sudah dinyatakan sembuh.
Berdasarkan data Posko Terpadu Penanganan PMK Hewan Ternak Pemprov Jatim per 24 Mei 2022, 23 daerah yang berstatus zona kuning PMK antara lain, Bangkalan, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro.
Kemudian, Tuban, Malang, Kota Malang, Kota Batu, Mojokerto, Kota Mojokerto, Magetan, Madiun, Kota Madiun, Kota Probolinggo, Probolinggo, Pasuruan, Kota Pasuruan, Lumajang, Jember, Bondowoso dan Jombang.
Kabupaten dengan kasus PMK aktif terbanyak, yakni Lumajang 1.595 kasus, Gresik 1.531 kasus, Mojokerto dengan 1.175 kasus, Probolinggo 972 kasus dan Sidoarjo 862 kasus.
Sementara, 15 kabupaten/kota yang masih bebas PMK ialah Sampang, Pamekasan, Sumenep, Banyuwangi, Situbondo, Ngawi, Pacitan, Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, Nganjuk, Kota Kediri, Kediri, Kota Blitar dan Blitar.