Riset REN21: RI Produsen Biodiesel Terbesar Dunia

sfr | CNN Indonesia
Jumat, 17 Jun 2022 05:55 WIB
Laporan Status Terbarukan Global 2022 mencatat Indonesia sebagai produsen biodiesel terbesar di dunia di tengah krisis energi. Laporan Status Terbarukan Global 2022 mencatat Indonesia sebagai produsen biodiesel terbesar di dunia di tengah krisis energi. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia --

Di tengah krisis energi, Indonesia berhasil menjadi produsen biodiesel nomor satu di dunia. Bahkan, Indonesia menyumbang 18 persen dari pasokan biodiesel global.

Menurut Laporan Status Terbarukan Global 2022 (Renewables Global Status Report 2022) yang diterbitkan oleh komunitas global sains dan riset REN 21, energi terbarukan di Asia sedang meningkat pesat. Dalam 10 tahun terakhir, produksi biodiesel di Asia naik dari 29 persen menjadi 38 persen.

Di Indonesia sendiri, produksi biodiesel telah meningkat 11 kali sejak 2011. Pada 2021, Indonesia memproduksi 8 miliar liter biodiesel atau 18 persen dari total dunia.

Meski begitu, transisi kepada energi terbarukan belum sepenuhnya terjadi. Padahal, banyak negara yang menyatakan komitmen untuk melakukan pemulihan dengan cara hijau setelah pandemi covid-19. Kondisi tersebut membuat dunia tidak mungkin dapat memenuhi target iklim pada dekade ini.

"Gap antara ambisi dan tindakan negara memberi peringatan yang jelas bahwa energi transisi global tidak terjadi," kata Direktur Eksekutif REN21 Rana Adib, dikutip dari pernyataan resmi, Kamis (16/6).

Menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) pada November 2021, tercatat 135 negara berjanji mencapai nol emisi gas rumah kaca pada 2050. Namun, hanya 84 negara yang punya target ekonomi yang luas untuk energi terbarukan, dan hanya 36 yang menargetkan 100 persen energi terbarukan.

Terbukti, sebagian besar peningkatan penggunaan energi global pada 2021 dipenuhi oleh bahan bakar fosil, yang menghasilkan lonjakan emisi karbon dioksida terbesar dalam sejarah, naik lebih dari 2 miliar ton di seluruh dunia.

Investasi dalam energi terbarukan pun turun, terutama di Amerika, Eropa dan Asia. Di Asia dan Oseania, tidak menghitung China dan India, investasi dalam energi terbarukan turun 11 persen menjadi US$56,8 miliar dalam setahun terakhir.

Padahal, dunia sedang menghadapi krisis energi akibat perang antara Rusia dan Ukraina. REN21 menyebutnya sebagai krisis energi terbesar dalam sejarah modern.

Hal ini akhirnya membuat harga komoditas melonjak hingga membebani pertumbuhan ekonomi global. Meski hal tersebut diharapkan dapat mendorong negara-negara untuk mengadopsi energi terbarukan, permintaan untuk bahan bakar fosil dan batu bara justru meningkat.

Dokumen GSR 2022 mengungkapkan meskipun ada komitmen baru untuk aksi iklim, pemerintah masih memilih memberi subsidi untuk produksi bahan bakar fosil dan digunakan sebagai pilihan pertama untuk mengurangi dampak krisis energi.

Dalam kurun waktu 2018 hingga 2020, pemerintah sudah menghabiskan US$18 triliun, atau sekitar 7 persen dari PDB global pada 2020 untuk subsidi bahan bakar fosil.

"Kenyataannya adalah bahwa, sebagai tanggapan terhadap krisis energi, sebagian besar negara telah kembali mencari sumber bahan bakar fosil baru dan membakar lebih banyak batu bara, minyak dan gas alam," kata Adib.

[Gambas:Video CNN]



(tdh/sfr)


[Gambas:Video CNN]
Lihat Semua
SAAT INI
BERITA UTAMA
REKOMENDASI
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
LIHAT SELENGKAPNYA

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TERPOPULER