Minyak Melesat, ESDM Prediksi Subsidi Listrik 2022 Tembus Rp65 T
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksi anggaran untuk subsidi listrik bakal lebih tinggi dari yang ditetapkan. Perkiraan mereka subsidi listrik bisa tembus Rp65 triliun tahun ini.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan lonjakan ini disebabkan oleh kenaikan harga ICP, inflasi dan juga kurs rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS.
"Kita melihat pergerakan ICP dan kurs dan inflasi sehingga sampai saat ini, Mei lalu kita prediksi sepertinya subsidi akan meningkat sedikit menjadi Rp65,07 triliun," ujarnya dalam diskusi FMB9, Jumat (17/6).
Lihat Juga : |
Menurutnya, kenaikan anggaran subsidi ini lebih besar dari yang telah disepakati oleh pemerintah dan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI pada 19 Mei lalu.
Dalam rapat tersebut, pemerintah dan Banggar menyepakati ada tambahan subsidi listrik sebesar Rp3,1 triliun menjadi Rp59,6 triliun dari sebelumnya hanya Rp56,5 triliun di APBN 2022. Kenaikan subsidi ini ditetapkan dengan memperkirakan harga ICP US$100 per barel.
Namun, ia menekankan meski ada kenaikan anggaran subsidi ini tidak akan mempengaruhi tarif listrik masyarakat golongan di bawah 3.500 VA.
"Tapi ini belanja APBN ya. Masyarakat akan tetap bayarnya, tarifnya akan tetap seperti di tahun lalu sehingga tidak ada kenaikan tarif di masyarakat. Meski ada kenaikan kurs dan ICP, dampaknya bukan ke masyarakat tapi APBN," jelasnya.
Pemerintah sebenarnya menaikkan tarif bagi pelanggan rumah tangga golongan 3.500 VA ke atas demi menyiasati tekanan beban yang diakibatkan oleh lonjakan harga minyak belakangan ini. Pelanggan ini adalah rumah tangga yang dianggap mampu sehingga diharapkan bisa bergotong royong membantu pemerintah menolong masyarakat miskin (penerima subsidi).
Dua golongan pelanggan rumah tangga yang naim adalah R2 yakni 3.500 VA-5.500 VA dan R3 yakni di atas 6.600VA.
"Kami yakini R2 dan R3 golongan mampu," pungkasnya.