Pada 2017, Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan pemerintahannya tak bisa membayar seluruh utangnya. Ia mengaku Venezuela dan perusahaan minyak negara tersebut akan meminta restrukturisasi terhadap pembayaran utang.
Maduro mengatakan perusahaan minyak negara telah membayar utang sebesar US$1,1 miliar atau Rp1584 triliun. Jumlah itu disebut-sebut cukup besar untuk untuk sebuah negara yang saat ini hanya memiliki dana US$10 miliar atau Rp144 triliun di bank.
Venezuela tercatat memiliki utang kepada sejumlah negara. Beberapa negara tersebut, antara lain China dan Rusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika utang melonjak, jumlah masyarakat miskin ikut meningkat. Sebagian besar masyarakat tak mampu membeli bahan pokok karena harga melonjak lebih cepat ketimbang upah.
Ekuador menyatakan tak mau membayar utang pada 2008 lalu. Pemerintah mengatakan utang dari hedge fund asal AS tak bermoral.
Ekuador sebenarnya mampu untuk membayar utang yang mencapai US$10 miliar atau Rp144 triliun. Negara itu memiliki sumber daya alam cukup banyak.
Namun, pemerintah lebih memilih tak membayar utang. Pemerintah saat itu mengklaim utang negara di masa lalu disebabkan aksi korupsi di pemerintahan sebelumnya.
IMF mencatat ekonomi Ekuador masih tumbuh. Pada 2014 misalnya, ekonomi Ekuador tumbuh 5,1 persen pada 2012.
Sementara, Ekuador mendapatkan pinjaman sebesar US$643 juta atau Rp9,25 triliun dari IMF pada 2020. Dana itu digunakan untuk pembiayaan darurat menangani pandemi covid-19.
(mrh/agt)