Bank Sentral Ukraina telah menjual cadangan emas senilai US$12,4 miliar atau setara dengan Rp185,78 triliun (asumsi kurs Rp14.982 per dolar AS), sejak awal invasi Rusia pada 24 Februari lalu.
Mengutip Reuters, Senin (18/7), Deputi Gubernur Bank Sentral Ukraina Kateryna Rozhkova mengatakan penjualan emas itu tidak untuk menstabilkan nilai tukar mata uang negara tersebut.
"Kami menjual (emas ini) sehingga importir kami dapat membeli barang-barang yang diperlukan untuk negara," kata Kateryna Rozhkova kepada televisi nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ekonomi dan pendapatan pemerintah Ukraina memburuk sejak invasi Rusia ke negara itu.
Negara-negara G7 berencana memberikan US$20 miliar untuk mendukung pemerintah Ukraina tetap beroperasi selama beberapa bulan ke depan.
Tak hanya itu, negara-negara yang tergabung dalam G7 juga berencana mengamputasi sumber pendanaan Rusia dengan menetapkan batas atas pada harga impor minyak dari Negeri Beruang Merah itu.
Rencana ini akan diberlakukan secara sepihak oleh masing-masing negara peserta dan mencegah Rusia menjual dengan harga lebih tinggi.
Uni Eropa akan menjajaki dengan mitra internasional cara untuk membatasi harga minyak dan gas Rusia, termasuk kelayakan memperkenalkan batas harga impor sementara.
Adanya pembatasan itu diyakini bisa menghentikan invasi Rusia ke Ukraina.
(dzu/sfr)