Kepercayaan Investor pada Sektor Properti di China 'Hilang'

CNN Indonesia
Rabu, 10 Agu 2022 20:39 WIB
Krisis real estat akibat salah tata kelola dan kejatuhan di pasar saham menghilangkan kepercayaan investor terhadap sektor properti China.
Krisis real estate akibat salah tata kelola dan kejatuhan di pasar saham menghilangkan kepercayaan investor terhadap sektor properti China. (Wahyu Putro A).
Jakarta, CNN Indonesia --

Krisis real estate di China akibat salah tata kelola dan kejatuhan di pasar saham telah menghilangkan kepercayaan investor terhadap sektor properti di Negeri Tirai Bambu.

Mengutip CNA, Selasa (10/8), harga saham properti anjlok lebih dari 7 persen pada bulan ini karena investor bereaksi terhadap pinjaman perusahaan yang digunakan untuk mendanai pengembang yang kekurangan uang.

"Pasar modal telah kehilangan kepercayaan pada beberapa perusahaan manajemen properti, bahkan pada perusahaan-perusahaan yang tidak melihat penyalahgunaan dana oleh perusahaan induk mereka," kata Kepala Penelitian Properti UBS China dan Hong Kong John Lam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasus terbaru yang menghilangkan kepercayaan investor terjadi salah satunya dipicu sikap China Evergrande Group. China Evergrande Group merupakan pengembang properti yang memiliki utang paling besar di dunia.

Perusahaan itu telah menjadi pusat krisis properti China akibat gagal bayar. Beberapa waktu lalu  mereka mengklaim memiliki US$2 miliar yang dipegang oleh anak perusahaan, Evergrande Property Services. Mereka mengklaim dana itu bisa digunakan membayar utang.

Tapi kemudian, di tengah klaim itu bank malah menyita uang mereka. 

Kasus lain yang menjatuhkan kepercayaan investor pada sektor properti China terjadi pada 1 Agustus ketika saham manajer properti Jinke Smart Services Group turun 37 persen. Penurunan saham terjadi setelah mereka mengatakan akan meminjamkan hingga US$222,3 juta kepada induk Jinke Property.

Ketika krisis berkembang tahun lalu, beberapa unit manajemen properti menerbitkan dan menjual saham untuk mengumpulkan dana yang dikembalikan kepada perusahaan induk.

Sejak pengumuman oleh Jinke Smart Services, sub-indeks Hang Seng yang melacak perusahaan-perusahaan manajemen properti utama daratan telah kehilangan 7 persen, sedangkan Indeks Hang Seng yang lebih luas turun kurang dari 1 persen.

Tak hanya itu, manajer properti Shimao Services Holdings membeli bisnis dari induk pengembang Shimao Group dengan harga yang luar biasa tinggi.

Hal itu membuat investor geram. Pasalnya, sejak pertengahan 2021, valuasi untuk anak perusahaan manajemen pengembang yang tertekan telah jatuh dari puncak pendapatan 25 kali menjadi hanya lima hingga enam kali. John Lam menambahkan mereka yang masih di atas level ini dapat berada di bawah tekanan.

[Gambas:Video CNN]

(dzu/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER