Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan pemerintah akan mengimpor benih kedelai rekayasa genetika atau genetically modified organism (GMO) untuk mengantisipasi krisis pangan di RI.
Sekretaris Jenderal Kementan Kasdi Subagyono menjelaskan benih itu akan dikembangkan di dalam negeri. Dengan demikian, jumlah pasokan kedelai dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.
"Sekarang kami boleh dan akan lakukan untuk kedelai yang GMO, yang mau dilakukan selama ini tapi ada kendala, kami mau perluas (menambah pasokan kedelai) tapi benih kurang," ungkap Kasdi dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI, Rabu (31/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) sudah memberikan arahan untuk mengimpor benih kedelai GMO. Namun, dalam waktu bersamaan, pemerintah juga terus menyiapkan benih kedelai dari petani lokal.
"Menteri pertanian (SYL) arahkan kami kedelai ini impor saja benih GMO untuk bisa dikembangkan sembari menyiapkan benih di dalam negeri," terang Kasdi.
Jika ini berhasil, maka RI bisa mengurangi impor kedelai. Alhasil, naik atau turunnya harga kedelai internasional tak akan mempengaruhi situasi di dalam negeri.
Lebih lanjut ia mengatakan pemerintah juga akan mencari pengganti bahan pangan impor dengan komoditas yang berasal dari dalam negeri untuk mengantisipasi krisis pangan. Misalnya, gandum diganti dengan singkong, sorgum, atau sagu.
"Jadi katakanlah impor gandum, 11 juta ton lebih itu akan disubstitusi sebagian," ujar Kasdi.
Kemudian, pemerintah akan menggenjot produksi pangan yang memiliki efek besar terhadap inflasi. Beberapa contohnya, seperti cabai dan bawang merah.
"Naikkan kapasitas produksi komoditas yang mempengaruhi inflasi itu fokus misalnya cabe dan bawang merah," tutup Kasdi.
(aud/agt)