DEM Indonesia Desak Subsidi BBM Dialihkan untuk Energi Baru Terbarukan

Pertamina | CNN Indonesia
Sabtu, 03 Sep 2022 11:23 WIB
DEM Indonesia mengatakan bahwa dana impor untuk energi fosil idealnya dapat digunakan untuk membangun sektor yang dibutuhkan masyarakat dan kegiatan produktif.
Ilustrasi. DEM Indonesia mengatakan bahwa dana impor untuk energi fosil idealnya dapat digunakan untuk membangun sektor yang dibutuhkan masyarakat dan kegiatan produktif. (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/Spt/15)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dewan Energi Mahasiswa (DEM) Indonesia mendesak pengalihan subsidi BBM untuk Energi Baru Terbarukan (EBT).

Dalam pernyataan sikap yang disampaikan Sekretaris Jenderal Robi Juandry, DEM Indonesia mengatakan bahwa dana impor untuk energi fosil idealnya dapat digunakan untuk membangun berbagai sektor yang dibutuhkan masyarakat secara luas dan kegiatan produktif, misalnya pendidikan, kesehatan, infrastruktur, serta pengembangan EBT.

"Untuk itu DEM Indonesia mendesak agar implementasi menuju transisi energi dari energi fosil ke EBT harus menjadi opsi bersama. Dana besar impor untuk energi fosil, idealnya dapat digunakan antara lain untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT)," kata Robi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Robi, paradigma pikiran menuju transisi energi ke energi bersih dan energi terbarukan dapat mengurangi energi berbasis impor kepada energi berbasis domestik. Dengan demikian, Indonesia bisa mengoptimalkan EBT menjadi energi listrik yang zero emission (rendah emisi karbondioksida).

"Dari sini kita bisa menghemat anggaran impor BBM sekaligus mendapatkan lingkungan dan udara yang bersih," ujarnya.

Sejauh ini, akselerasi EBT di Indonesia yang lambat selalu dihadapkan pada alasan biaya investasi yang mahal. Robi menyebut, kalau memang itu yang terjadi, maka anggaran super besar yang digunakan untuk mengimpor dan subsidi BBM lebih baik dialihkan untuk membiayai dan mensubsidi EBT, sehingga rakyat Indonesia bisa mendapatkan energi yang murah sekaligus bersih.

"Stop sudah menggelontorkan subsidi untuk energi kotor yang harus impor," kata Robi.

Di sisi lain, DEM Indonesia melihat potensi besar energi primer Indonesia yang berbasis energi baru terbarukan (EBT). Antara lain pada panas bumi atau geothermal, cadangan yang dimiliki Indonesia mencapai 23,9 Gigawatt (GW) yang merupakan 40% cadangan geothermal dunia.

"Kalau orang bilang Arab adalah surganya minyak bumi, maka Indonesia adalah surganya geothermal. Paling besar dibandingkan negara-negara lain," kata Robi.

Namun sayang, lanjut dia, kekayaan potensi geothermal Indonesia itu sejauh ini baru termanfaatkan tidak lebih dari 20 persen. Belum termasuk potensi EBT lainnya, seperti energi air, energi matahari, energi angin/bayu, dan potensi-potensi EBT lain yang belum dimanfaatkan secara optimal. Terlebih, upaya pemerintah meningkatkan bauran energi pun hingga saat ini tidak pernah mencapai target.

Kajian DEM Indonesia menunjukkan situasi yang timpang ini diakibatkan karena tidak ada political will yang jelas untuk beralih ke EBT, ditambah perilaku masyarakat yang terlalu asyik dengan energi fosil BBM yang niscaya akan habis dan tak tergantikan.

"Kita terlalu asyik mengkonsumsi BBM hingga harus mengeluarkan anggaran raksasa untuk impor dan mensubsidi BBM, yang diketahui sangat tinggi emisi karbondioksida. Di sisi lain EBT yang merupakan energi bersih seolah diterlantarkan," kata Robi.

Terkait itu pula, DEM Indonesia siap mengawal upaya pemerintah mengurangi anggaran subsidi BBM. Terutama, jika benar-benar dialihkan pada upaya membangun infrastruktur dan mensubsidi EBT.

"Sedangkan meminimalisir dampak inflasi akibat kenaikan harga BBM subsidi, Pemerintah dapat menggelontorkan Bantuan Sosial kepada rakyat miskin," kata Robi.

Selain itu, DEM Indonesia juga mendesak pemerintah dan DPR untuk sesegera mungkin merampungkan Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Terbarukan, sehingga pembangunan industri energi baru dan energi terbarukan di negeri ini dapat berjalan pesat, menyongsong masa depan baru Indonesia Emas.

(rea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER