Pertamina Was-was SPBU 'Digeruduk' usai Sinyal Jokowi Kerek Harga BBM

CNN Indonesia
Jumat, 02 Sep 2022 14:32 WIB
Pertamina mengantisipasi antrean panjang kembali terjadi di sejumlah SPBU usai sinyal Jokowi terkait kenaikan harga BBM subsidi.
Pertamina mengantisipasi antrean panjang kembali terjadi di sejumlah SPBU usai sinyal Jokowi terkait kenaikan harga BBM subsidi. Ilustrasi. (Antara/Oky Lukmansyah).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Pertamina Patra Niaga mengantisipasi antrean panjang kembali terjadi di SPBU usai Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sinyal kenaikan harga pertalite dan solar bersubsidi akan diumumkan dalam waktu dekat.

Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan pihaknya telah memenuhi seluruh stok BBM di SPBU. Namun, ia berharap tak ada antrean yang berlebihan di pom bensin.

"Kami mengantisipasi dengan melakukan build up stock di semua SPBU," ungkap Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting kepada CNNIndonesia.com, Jumat (2/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, Irto memaparkan realisasi penyaluran pertalite tembus 19,5 juta kiloliter (kl) per akhir Agustus 2022. Angka itu setara 82,64 persen dari total alokasi yang ditetapkan pemerintah sebesar 23,05 juta kl.

Lalu, penyaluran solar subsidi tercatat 11,4 juta kl per Agustus 2022. Realisasi itu setara 76,51 persen dari alokasi yang sebanyak 14,9 juta kl.

Sebelumnya, terjadi antrean panjang di sejumlah SPBU Pertamina pada 31 Agustus 2022. Hal itu karena masyarakat mendengar kabar bahwa harga BBM pertalite dan solar subsidi akan naik 1 September 2022.

Namun, pemerintah belum juga mengumumkan kenaikan harga pertalite dan solar bersubsidi. Menurut Jokowi, sejumlah menteri akan memberikan hitungan kenaikan harga bbm subsidi hari ini.

"Untuk (kenaikan harga) BBM nya semua masih dikalkulasi dan hari ini akan disampaikan kepada saya mengenai hitung-hitungan dan kalkulasinya," ucap Jokowi.

Pengamat Energi dari Reforminer Institute Komaidi Notonegoro memproyeksi harga pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter. Angka itu masih di bawah harga keekonomian yang sekitar Rp15 ribu per liter sampai Rp17 ribu per liter.

"Pertalite tentu harus di bawah pertamax juga yang Rp12.500 per liter, jadi Rp10 ribu oke lah," ucap Komaidi.

Angka Rp10 ribu untuk pertalite, kata Komaidi, juga masih di bawah harga BP yang tembus Rp15 ribu per liter.

Namun, Komaidi mengatakan pemerintah juga bisa menggunakan harga pertalite menjadi dua jenis. Motor tetap harga sekarang sebesar Rp7.650 per liter, sedangkan mobil naik menjadi Rp10 ribu per liter.

"Kenapa begitu? karena kan sedang pemulihan ekonomi. Kalau naik semua nanti ekonomi kontraksi," ujar Komaidi.

Sementara, ia memproyeksi harga solar berpotensi naik dari Rp5.150 per liter menjadi Rp10 ribu per liter. Angka itu masih di bawah harga keekonomian yang mencapai Rp17 ribu-Rp18 ribu per liter.

Senada, Pengamat energi sekaligus Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan memproyeksi harga pertalite naik menjadi Rp10 ribu per liter. Namun, untuk solar hanya meningkat menjadi Rp8.500 per liter.

Tak hanya dua itu, Mamit memprediksi harga pertamax juga naik menjadi Rp16 ribu per liter. Hal itu dilakukan agar selisih pertamax dan pertalite tidak terlalu tipis.

[Gambas:Video CNN]

(aud)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER